BAB
1
|
Tinjauan Umum
1.1. Definisi
Ilmu Ekonomi
Sebelum
menjelaskan mengenai definisi ilmu ekonomi, ada baiknya terlebih dahulu
dijelaskan mengenai masalah ekonomi. Masalah ekonomi muncul bersamaan dengan hadirnya
manusia di planet ini. Adam dan Hawa merupakan sepasang anak manusia yang
pertama hadir di planet ini menghadapi masalah ekonomi yang berkenaan dengan
masalah pakaian, pangan dan papan. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat
pra-sejarah pun terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi. Mereka mempergunakan
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar mereka. Nicholson (1997:13)
menyatakan ada dua ciri pokok organisasi ekonomi masyarakat pra-sejarah, yaitu
spesialisasi dan pertukaran. Setiap individu tidak perlu melakukan seluruh
tugas yang diperlukan bagi kelangsungan masyarakatnya, tapi cukup dengan
memanfaatkan spesialisasi.
Sebagian
individu akan pergi menangkap ikan atau berburu binatang, mengumpulkan bahan
makanan, yang lain membuat peralatan pertanian, merawat anak-anak dan melakukan
kegiatan rumah tangga. Dengan adanya spesialisasi membuat masyarakat primitif
menjadi lebih produktif dibanding sebelum adanya spesilisasi. Spesialisasi
hanya dapat terjadi jika tersedia lembaga pertukaran. Para penangkap ikan akan
menukarkan ikannya dengan beras atau bahan makanan lainnya, demikian halnya dengan individu-individu
lainnya. Lebih lanjut Nicholson menyatakan bahwa dengan menggunakan prinsip
ekonomi yang sederhana mengenai pertukaran dan spesialisasi, masyarakat
primitif mampu bertahan dan akhirnya mencapai kemajuan.
Ilmu
ekonomi merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengalamai perkembangan
yang sangat cepat seiring dengan terbitnya karya monumental Adam Smith yang berjudul “ An
Inqury Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”. Adam Smith
dipandang sebagai bapak ilmu ekonomi, karena dialah yang mengembangkan ilmu ini
secara sistematis dan terpisah dari ilmu-ilmu lainnya, misalnya terpisah dari
ilmu fIlsafat dan hukum. Para ilmuwan memberi gelar khusus pada ilmu ekonomi dengan
sebutan “rajanya ilmu sosial” (the prince
of social science).
Gagasan
radikal Adam Smith adalah the Invisible hand yang dia cetuskan pada
abad ke-18. Gagasan ini merupakan ikhtisar dari hukum permintaan dan penawaran
dan menjelaskan bagaimana tarikan dan dorongan dari kedua faktor tersebut menguntungkan masyarakat secara
keseluruhan (Conway, 2009:6).Ide pokok Adam Smith dalam the Invisible hand adalah tidak ada yang salah dengan orang yang
bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri. Di pasar bebas, kekuatan gabungan
dari semua orang yang mengejar kepentingannya sendiri akan menguntungkan
masyarakat secara keseluruhan dan memperkaya semua orang.
Dalam
karya monumentalnya yang berjudul “ An Inqury Into the Nature and Causes of the
Wealth of Nations” Adam Smith mengemukakan suatu pandangan yang perlu
digarisbawahi, yaitu:
“ (setiap individu) tidak bermaksud untuk
memenuhi kepentingan publik, atau mengetahui seberapa banyak dia
mengetahuinya...dengan mengarahkan industri(nya) sedemikian rupa sehingga menghasilkan
nilai terbesar, dia hanya dia hanya menginginkan keuntungan sendiri. Dalam hal
ini, seperti di dalam banyak kasus lainnya, dirinya dipimpin oleh tangan yang
tidak terlihat untuk melakukan sesuatu yang bukan merupakan bagian dari
maksudnya...dengan mengejar kepentingannya sendiri dia sering kali juga
memenuhi kepentingan masyarakat dari pada ketika dia benar-benar bermaksud
untuk memenuhinya. Saya tidak pernah mengetahui hal baik dilakukan oleh mereka
yang memang sengaja berdagang untuk kepentingan publik”
Perkembangan
dan modernisasi kegiatan ekonomi di berbagai negara sangat memengaruhi
perkembangan pemikiran ekonomi yang sangat luas dan kompleks. Akibatnya, analisis-analisis
dalam ilmu ekonomi telah menjadi lebih kompleks dan memberikan jawaban yang
lebih lengkap mengenai kegiatan suatu perekonomian (Djoyodipuro,1997).
Jati
diri ilmu ekonomi semakin sulit diidentifikasi lagi. Karena perkembangan ilmu
ini sudah semakin jauh dari akarnya, yaitu sebagai rumpun ilmu sosial.
Perkembangan mutakhir ilmu ini akhirnya semakin mendekati ilmu eksakta atau
ilmu pasti. Akibatnya, berbagai problema ekonomi yang sejatinya merupakan
persoalan sosial kemanusian, akhirnya diselesaikan dengan pendekatan matematis
dan eksak yang sangat kaku, kering, kosong dari dimensi sosial kemasyarakatan
(Triono, 2012:2).
Pertanyaan
yang patut diajukan adalah ilmu apakah yang paling berpengaruh terhadap
kehidupan umat manusia di atas planet ini?. Jawabannya adalah ilmu ekonomi?. Ilmu ini yang dianggap
paling bertanggungjawab terhadap nasib sekitar 7 miliar umat manusia di planet. Bahkan ada pihak
yang menyatakan bahwa hidup matinya manusia di muka bumi ini ada di tangan ilmu
ekonomi (Triono, 2012:1). Berjuta buruh yang telah mencucurkan keringat dari
hari ke hari, apakah mereka telah mendapatkan upah/gaji yang layak atau tidak?,
ilmu ekonomi-lah yang bisa menjawabnya. Apakah ilmu ekonomi bisa menjelaskan krisis
moneter yang terjadi pada tahun 1997-an yang menjelma menjadi krisis
multidimensi?. Pertanyaan itu merupakan tantangan bagi pakar ekonomi, baik di
masa kini maupun di masa yang akan datang.
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani katayaitu οἶκος (oikos) yang
berarti keluarga (rumah tangga), dan νόμος (nomos) berarti peraturan, aturan,
hukum.. Secara umumkata ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen
rumah tangga atau negara. Istilah atau kata ekonomi
pertama kali diperkenalkan oleh Xenophone
(427 SM), istilah tersebut dia kemukakan dalam karyanya yang berjudul
Oikonomikus (Natsir, 2009:14).
Definisi tentang ilmu ekonomi telah banyak
dikemukakan oleh para ekonom, salah satu di antaranya yang paling lengkap adalah
yang dikemukakan oleh Prof. Paul. A. Samuelson
yang akrab dengan panggilan Samuelson,
beliau lahir pada tahun 1915 di Gary Indiana. Dia seorang pakar ekonomi
pemenang hadiah nobel di bidang ekonomi pada tahun 1970.
Samuelsonmendefinisikan
ilmu ekonomi sebagai berikut:
“.......economics is the study of how people and society end up
choosing, with or without the use of money, to employ scarce productive
resources that could have alternative use, to produce various commodities and ditribute
them for consumption, now or in the future, among various persons and groups in
society”.
Jika definisi tersebut diterjemahkan
secara bebas maka (Sukirno, 2012:9)
definisi ilmu ekonomi adalah:
”.ilmu
ekonomi adalah studi mengenai bagaimana individu-individu dan masyarakat
membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan menggunakan
sumberdaya yang terbatas, tapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk
menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa, dan mendistribusikannya untuk kebutuhan
konsumsi sekarang dan di masa yang akan datang, kepada berbagai individu dan
golongan masyarakat”
Dari definisi tersebut ditemukan sejumlah ide penting, antara lain: (i).
Kelangkaan (ii) Pilihan dan (iii)
sumberdaya (Winardi, 2010:2).Ilmu ekonomi hanya mempersoalkan barang-barang
yang memiliki sifat-sifat: (i) berguna bagi manusia dan (ii) langka.
Benda-benda yang memiliki sifat-sifat tersebut dinamakanbarang ekonomi.
Selain Samuelson, banyak ahli ekonomi yang telah menyumbangkan
pikirannya untuk mendefinisikan ilmu ekonomi, diantara adalah:
1.
McConnell and Brue (2005:3) menyatakan:
definition of economics “It is the social
science concerned with the efficient use of scarce resources to achieve the
maximum satisfaction of economic wants”.
2. Djoyodipuro
(1991:5) ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, berpendapat bahwa ilmu
ekonomi adalah “ilmu yang mempelajari
hubungan antar manusia dalam memenuhi kebutuhan materinya yang banyak dan
bersifat dinamis dengan sarana yang terbatas dan mempunyai kegunaan alternatif”
Dari tiga definisi tersebut
di atas ada satu kata kunci yakni kelangkaan atau kekurangan (scarcity) sumber daya sebagai pemuas kebutuhan.
Kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh atau
mendapatkan barang dan jasa. Barang dan jasa kebanyakan diproduksi di dalam
negeri dan sebagian lagi harus diimpor dari manca negara, misalnya beras dari
Thailand dan daging dari Australia.
Keinginan untuk mendapatkan barang dan
jasa dibedakan menjadi dua kelompok, yakni: (1). Keinginan yang disertai dengan
kemampuan untuk membeli, dan (2). Keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan
membeli. Keinginan yang disertai dengan kemampuan untuk membeli inilah yang
dinamakan oleh JM. Keynes sebagai
permintaan efektif (effective demand).
Jika semua benda-benda atau alat pemuas kebutuhan manusia tersedia dalam jumlah
yang berlimpah, maka baik ilmu ekonomi maupun pakar (ahli) ekonomi tidak akan dibutuhkan
keberadaannya.
Jika kita mengacu pada definisi yang
dikemukakan oleh Djoyodipuro, maka dapat
disimpulkan bahwa seperti halnya dengan ilmu hukum dan sosiologis, maka pokok
bahasan ilmu ekonomi adalah hubungan antar manusia, untuk alasan itu maka ilmu
ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial. Hubungan antar manusia yang dimaksud
adalah hubungan didalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan materi yang beragam dan dinamis.Ilmu ekonomi hanya
berkenaan dengan kebutuhan materi seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan
papan (McConnell and Brue, 2005: 1).
Kebutuhan manusia cenderung meningkat
baik secara kuantitatif maupun kualitatif.Kecenderungan tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat pendidikan yang dilaluinya,
lingkungan pergaulannya, jumlah anggota keluarganya, seleranya yang makin berkembang dan keterbukaan
daerahnya dengan dunia luar serta dampak dari perkembangan IT yang mendukung gencarnya
iklankhususnya melalui TV maupun di mass media lainnya (Djoyodipuro, 1997).
Secara biologi manusia membutuhkan
udara, air, pakaian, perumahan. Masyarakat kontemporer juga membutuhkan barang
dan jasa untuk meningkatkan standar hidupnya. Kebutuhan manusia yang tak
terbatas diperhadapkan dengan sumber daya (resources)
sebagai sarana pemenuh kebutuhan yang terbatas (scarcity), akibatnya hanya sebagian dari kebutuhan yang dapat
dipenuhi dan lainnya merupakan daftar keinginan belaka.
Djoyodipuro (1991: 6) menyatakan:
“Keinginan terhadap barang tertentu yang didukung
oleh daya beli merupakan permintaan terhadap barang tersebut atau permintaan
efektif (effective demand). Agar
permintaan terhadap suatu barang dapat terpenuhi, maka perlu dipertemukan
dengan penawaran barang yang sama. Pertemuan antara permintaan dan penawaran
disebut pasar”
Kebutuhan orang yang masih bermukim di atas
air (di pinggir pantai) dan hidup dengan hanya mengolah kekayaan laut secara
tradisional tidak akan sebanyak dan seberagam dengan seseorang yang sudah tinggal
di Kendari yang telah menjadi seorang Guru Besar (Profesor). Kebutuhan manusia
perlu dipenuhi, sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling sederhana
adalah tenaga yang dimiliki manusia. Meskipun kita dapat menggunakan tenaga
kita selama 24 jam, tapi dalam kenyataannya kita hanya dapat bekerja maksimun selama
17 jam secara terus menerus. Sisanya7 (tujuh) jam dipergunakan untuk
istirahat/tidur. Tenaga yang terbatas tersebut tidak dapat dipakai untuk
kegiatan memberi kuliah dan sekaligus untuk berkebun. Demikian halnya dengan gaji
(pendapatan) yang kita miliki tidak dapat dibelanjakan sekaligus untuk membeli rumah
di Citra Land dan membeli emas atau berlian. Gejala inilah yang disebut
kegunaan alternatif.
Kebutuhan
manusia adalah banyak dan bersifat dinamis dihadapkan dengan sarana pemuas
kebutuhan yang terbatas dan memiliki kegunaan alternatif. Kondisi ini
mengakibatkan munculnya masalah dan ilmu ekonomi membantu manusia dalam
memecahkan masalah tersebut.Masalah pokok yang diterangkan dalam analisis
ekonomi bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara manusia menggunakan
sumberdaya atau pendapatan tertentu agar penggunaan tersebut dapat memberikan
kepuasan dan kemakmuran yang maksimum kepada individu dan masyarakat (Djoyodipuro,
1997).
Manusia sebagai pelaku ekonomi selalu diperhadapkan pada permasalahan-permasalahan
yang bersifat mendasar dan dihadapi oleh setiap perekonomian. Dalam kaitan
tersebut perlu dijelaskan mengenai The
Three Fundamental and Interdependent Economic Problem (Rosyidi, 2005:10),
yakni:
1. What commodities shall be
produced and in what quantities?. Komoditi/barang dan jasa
apa yang akan diproduksi dan seberapa banyak?. Barang-barang apakah dan berapa
banyak barang dan jasa yang akan dipilih untuk diproduksi atau dihasilkan?.
Makanan atau pakaian?. Apakah kita akan lebih banyak memproduksi makanan
dibandingkan dengan pakaian atau sebaliknya?.
2. How will the goods and
services be produced?. Dengan cara bagaimana barang-barang dan jasa-jasa
itu akan diproduksi atau dihasilkan?. Siapa yang akan mengerjakannya dan dengan
sumber daya apa serta teknologi apa dan bagaimana barang dan jasa itu akan
dihasilkan?
3. For Whom shall be produced?.
Untuk siapa barang dan jasa yang diproduksi? atau bagaimana cara
mendistribusikannya kepada setiap anggota masyarakat yang akan menikmati atau
memperoleh manfaat dari diproduksinya barang-barang dan jasa-jasa tersebut?
1.2. Barang-Barang
Ekonomi
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa Ilmu
ekonomi hanya mempersoalkan barang-barang yang memiliki sifat-sifat: (1)
berguna bagi manusia dan (2) langka. Benda-benda yang memiliki kedua sifat tersebut
dinamakan benda-benda ekonomi. Benda-benda
ekonomi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Barang
(goods/commodities)
Barang-barang
merupakan sesuatu yang berwujud (tangible)
atau dapat diraba secara fisik misalnya bahan bangunan, bahan sandang dan bahan
papan lainnya. Jenis barang-barang seperti ini tidak perlu dikonsumsi pada saat
diproduksi, karena mereka dapat disimpan di gudang atau tempat penyimpanan
lainnya untuk tujuan persediaan.
b. Jasa-jasa
(services)
Jasa-jasa
merupakan sesuatu yang tak berwujud (intangible),
artinya jasa-jasa yang tersedia tidak dapat kita sentuh, misalnya jasa bengkel,
jasa salon dan tukang urut. Berbeda halnya barang-barang, jasa-jasa tidak dapat
disimpan atau dialihkan
Sebagaimana penjelasan
sebelumnya bahwa kata kunci yang berkaitan dengan ekonomi adalah kelangkaan(scarcity). Kata ini dimaknai bahwa
jumlah barang-barang dan jasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan serta
keinginan setiap orang. Akibatnya orang-orang harus berkorban atau membayar sejumlah
tertentu untuk bisa mendapatkan barang-barang
dan jasa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan.
Pertanyaan yang patut
diajukan adalah harga apa yang dibayar konsumen? Konsumen akan membayar harga
barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
Winardi (2010:3) menyatakan bahwa
orang-orang menginginkan barang-barang
ekonomi karena mereka dapat memuaskan kebutuhan tertentu. Kepuasan yang
diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa dinyatakan sebagai guna atau
manfaat (utility). Penciptaan
barang-barang yang mempunyai guna atau manfaat dinamakan produksi. Produksi
dilaksanakan melalui bantuan sumberdaya (manusia dan alam).
Kebutuhan masyarakat harus dipenuhi,
untuk alasan itu maka perlu adanya proses produksi. Proses ini membutuhkan
faktor-faktor produksi, baik yang telah disediakan oleh alam maupun yang
diciptakan oleh manusia. Faktor-faktor produksi juga dinamakan sumber daya (resources). Faktor-faktor produksi
dimiliki oleh suatu perekonomian akan menentukan besar kecil kemampuan suatu
negara dalam menghasilkan barang dan jasa. Para ahli ekonomi membedakan
faktor-faktor produksi ke dalam empat jenis, yaitu:
ü Tanah
dan sumberdaya alam, meliputi tanah/lahan, barang tambang, hasil hutan, sumber
alam yang dapat dijadikan modal (misalnya air/sungai yang dapat dibendung untuk
irigasi dan pembangkit listrik tenaga hidro, wahana rekreasi serta untuk pengembangan
perikanan).
ü Tenaga
kerja, yang perlu diperhatikan dari faktor produksi ini adalah baik dari segi
jumlah maupun segi kualitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang banyak tapi
tidak dibarengi kualitas yang memadai hanya akan menjadi beban pembangunan.
Oleh karena yang sangat penting bagi tenaga kerja adalah segi kualitasnya
karena segi inilah yang paling menentukan kemampuan suatu negara dalam
mengelola sumberdaya yang lain untuk menghasilkan barang dan jasa.
Tenaga kerja dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Tenaga
kerja kasar atau sering pula dinamakan tenaga kerja yang tidak memiliki
pendidikan atau rendah pendidikannya. Akibatnya, mereka tidak memiliki keahlian
dan keterampilan dalam suatu pekerjaan.
2. Tenaga
kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan (training) dan pengalaman kerja, misalnya
tukang kayu (mobiler), montir mobil (bengkel), tukang las, reparasi hand phone.
3. Tenaga
kerja terdidik (tenaga ahli) adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan yang
cukup dan keahlian pada bidang tertentu,misalnya akuntan, dokter, ahli ekonomi
dan keuangan, ahli astronomi, ahli pesawat terbang dan ahli pertanian dan
sebagainya.
ü Modal.
Faktor produksi jenis ini diciptakan atau diadakan dan digunakan oleh manusia
dalam memproduksi barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, misalnya pelabuhan,
jaringan kereta api, waduk/irigasi, pengairan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan
peralatan pabrik serta alat-alat pengangkutan dan lain sebagainya.
ü Entrepreneur
(kewirausahaan), faktor produksi ini berupa keahlian dan kemampuan manusia
(pengusaha) untuk mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Faktor
kewirausahaan sangat memengaruhi kemampuan suatu negara dalam menghasilkan
barang dan jasa. Negara-negara yang memiliki jumlah wirausaha yang banyak
memiliki kinerja ekonomi yang sangat maju, misalnya Singapura, Korea Selatan
dan Jepang.
1.3. Pembagian
Ilmu Ekonomi
Para
ekonom sepakat bahwa ilmu ekonomi dapat dibagi menurut sifatnya, lingkupnya dan
bidangnya. Jika dibagi menurut sifatnya, maka ilmu ekonomi dapat merupakan ilmu
positif dan ilmu normatif. Jika menurut lingkupnya, maka ilmu ekonomi merupakan
ilmu ekonomi makro dan ilmu ekonomi mikro. Sedangkan jika menurut bidangnya,
maka ilmu ekonomi dibagi menjadi ekonomi pembangunan, ekonomi moneter, ekonomi
industri, ekonomi manajerial, ekonomi internasional dan sebagainya.
Setiap
ilmu dapat bersifat positif dan normatif (Case and Fair, 2007:12), ilmu positif menerangkan gejala yang ada,
sedangkan ilmu normatif menerangkan bagaimana gejala itu seharusnya. Misalnya
gejala suara dalam ilmu fisika dijelaskan sebagai gelombang (merupakan ilmu
positif), gejala suara yang sama dapat diatur untuk memenuhi kaidah (norma)
tertentu, misalnya suara tak bergema (merupakan ilmu normatif). Bagaimana
dengan ilmu ekonomi?.
Conway
(2009:72) menyataakan bahwa:
“ ekonomi positif
merupakan studi empiris dari apa yang terjadi di dunia. Misalnya, ekonomi
positif meneliti pertumbuhan ekonomi beberapa negara, tingkat kemiskinan
masyarakat di suatu negara atau daerah. Ekonomi positif melakukan studi ilmiah
tentang mengapa suatu fenomena (misalnya tingkat kemiskinan) terjadi, tapi
tidak melibatkan penilaian”.
Untuk
memudahkan pemahaman mengenai perbedaan antara ekonomi positif dan ekonomi
normatif, maka berikut ini diberikan contoh kalimat sebagai berikut “ satu
miliar dari populasi dunia hidup dengan kurang dari $ 1 per hari. Jumlah ini
berada di bawah biaya hidup manusia dan harus ditingkatkan melalui bantuan dari
pemerintah”. Kalimat pertama adalah pernyataan ekonomi positif, yang kedua
adalah ekonomi normatif atau disebut juga sebagai ekonomi kebijakan (Conway,
2009:72) dan (Case and Fair, 2007: 12).
Ilmu
ekonomi mikro merupakan ilmu positif, karena dia menerangkan gejala yang ada,
salah satu topik dalam ilmu ekonomi mikro adalah perilaku konsumen. Ilmu
ekonomi yang bersifat normatif adalah berbagai manajemen fungsional, seperti
pembelanjaan dan pemasaran, keduanya menerangkan bagaimana sesuatu harus
dijalankan, jadi memenuhi kaidah atau norma tertentu (Djoyodipuro, 1997).
Gambar 1.1. Pembagian Ilmu
Ekonomi
Bagaimana
hubungan antara ilmu ekonomi positif dengan ilmu ekonomi normatif?. Hubungan
tersebut dapat dijelaskan melalui contoh uraian berikut, pembangunan ekonomi
yang merupakan kebijakan (ekonomi normatif) harus dirumuskan berdasarkan
ekonomi pembangunan (ekonomi positif). Sebaliknya kebijakan pembangunan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi (ekonomi normatif) mengilhami para ekonom untuk
mengembangkan teori pertumbuhan (ekonomi positif).
Apa
perbedaan antara ekonomi mikro dan makro?. Kata mikro dan makro berasal dari
bahasa Yunani Kuno. Mikro berarti “kecil”. McConnell and Brue, (2005:9) menyatakan bahwa “microeconomics look at specific economic units. At this level analysis,
economist observes details of an economic unit, or very small segment of the economy”.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cakupan ekonomi mikro bersifat
individual (parsial), misalnya konsumen, produsen, investor dan industri.
Meskipun istilah industri mempunyai arti kumpulan perusahaan dalam bidang yang
sama (misalnya output yang diproduksirelatif sama), namun sifat individualnya
tetap ada, karena industri dibedakan menurut barangnya, misalnya industri
tekstil, industri farmasi, industri perbankan dan industri baja,serta industri rokok, kata-kata ini mengacu pada satu jenis barang
(Djoyodipuro, 1997).
Makro
berarti “besar”, merupakan studi mengenai bagaimana ekonomi secara keseluruhan
berfungsi. McConnell and Brue (2005:9) mengemukakan bahwa:
...macroeconomics
examines either the economy as a whole or its subdivisions or aggregates, such
as the government, household, and business sector. An aggregates is acollection
of specific economic units treated as if they were one unit“.
Definisi
lain ekonomi makro dikemukakan oleh Brian Snowdon & Howard R. Vane (2005)
bahwa:
“macroeconomics
isconcerned with the structure,
performance and behaviour of the economy as a whole. The prime concern
of macroeconomists is to analyse and attempt to understand the underlying
determinants of the main aggregate trends in the economy with respect to the
total output of goods and services (GDP), unemployment, inflation and
international transactions”.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cakupan ekonomi makro bersifat
agregat. Dalam ekonomi makro tidak dikenal konsumen si Agus atau investasi PT. Angin
Ribut melainkan tingkat konsumsi Indonesia, tingkat konsumsi Sulawesi Tenggara,
tingkat investasi Sulawesi Selatan dan tabungan Indonesia secara keseluruhan.
Perlu digarisbawahi bahwa istilah makro dan mikro tidak identik dengan “besar”
atau “kecil”. Meskipun investasi PT. Angin Ribut dalam mengembangkan suatu
produk pada tahun 2012 lebih besar dari tingkat investasi di suatu kabupaten
(misalnya Kabupaten Konawe) pada tahun yang sama, investasi oleh perusahaan
tersebut merupakan analisis ekonomi mikro dan investasi Kabupaten Konawe masuk
dalam analisis ekonomi makro.
Jika
diibaratkan lautan, maka ekonomi mikro membahas/menganalisis mengenai ikan-ikan secara individual yang ada
di lautan, sedangkan ekonomi makro membahas/menganalisislautan secara
keseluruhan. Cakupan ekonomi makro lebih luas dibandingkan dengan cakupan
ekonomi mikro.
Ruang
lingkup pembahasan ekonomi makro antara lain:
§ Pendapatan
nasional (perhitungan pendapatan nasional)
§ Fungsi
konsumsi dan tabungan
§ Fungsi
Investasi
§ Petumbuhan
ekonomi
§ Kesempatan
kerja
§ Pengangguran
§ Inflasi
§ Kebijakan
fiskal
§ Kebijakan
moneter
§ Kebijakan
perdagangan
§ Persoalan
konjungtur
§ Persoalan
akselerator
Teori
ekonomi mikro merupakan sumber derivasi berbagai ilmu yang bersifat mikro, seperti
ekonomi industri, ekonomi manajerial dan ilmu ekonomi ekonomi yang bersifat
normatif, seperti berbagai manajemen fungsional. Ekonomi industri merupakan
teori ekonomi mikro yang membahas secara khusus mengenai industri. Ekonomi
majeral merupakan teori ekonomi mikro bagi kebutuhan manajer. Untuk alasan itu,
ekonomi majaerial lebih membumi dan banyak mempergunakan hitungan-hitungan yang
disertai studi kasus. Ekonomi industri bersifat jauh lebih teoritis
dibandingkan dengan ekonomi manajerial (Djoyodipuro, 1997).
Pertanyaan
yang sering mengemuka adalah mengapa ada pemisahan antara ekonomi makro dan
ekonomi mikro.Conway (2009:70) menyatakan bahwa hingga pertengahan abad ke-20
pembagian semacam ini belum ada. Dahulu ahli ekonomi adalah ahli ekonomi. Ekonom
yang fokus pada skala atau ruang lingkup yang lebih besar dinamakan ahli
ekonomi moneter. Sedangkan ekonom yang fokus pada skala/ruang lingkup yang
kecil dinamakan ahli ekonomi harga. Kajian ekonomi makro berkembangan pesat
seiring dengan terbitnya karya J.M. Keynes. Ia menciptakan ekonomi makro yang
penekanannya pada peran pemerintah dalam perekonomian yang relatif besar.
Ruang
lingkup pembahasan ekonomi mikro antara lain:
§
Teori permintaan
§
Fungsi-fungsi permintaan
§
Elastisitas
§
Teori penawaran
§
Fungsi-fungsi penawaran
§
Teori perilaku konsumen
§
Teori produksi dan biaya
§
Fungsi-fungsi produksi
§
Fungsi-fungsi biaya
§
Struktur pasar
§
Laba
§
Pertumbuhan perusahaan dan
§
Praktik-praktik pembatasan
(restriktif)
Sebagaimana halnya dengan teori-teori dalam ilmu-ilmu
lainnya, maka teori ekonomi tidak akan ada tanpa metodologi. Apa itu
metodologi?
Metodologi dapat dimaknai baik dalam arti sempit maupun
dalam arti luas. Dalam arti sempit, metodologi adalah berbagai metode yang
digunakan dalam kajian dan penelitian untuk menguji hipotesis. Sedangkan dalam
arti luas, metodologi merupakan metode-metode tentang perkembangan, kedudukan
dan peranan ilmu. Ada dua jenis metodologi, yakni: (1) Metode deduktif dan (2).
Metode Induktif. Menurut metode deduktif pernyataan-pernyataan rasionallah
yang benar,jikafakta-faktatidaksesuai denganpandanganrasional,
makadianggapkeliru atau salah. Sebaliknya metode induktif menyatakan bahwa
kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari risetlah
yang benar. Metode deduktif bertolak dari dalil-dalil yang umum, kemudian
diberlakukan pada yang hal-hal spesifik(khusus). Sedangkan metode induktif bertolak dari dalil-dalil khusus, kemudian ditarik menjadi kesimpulan
yang berssifat umum (Hasibuan, 2003).
1.4. Kapan Ilmu Ekonomi Lahir?
Pertanyaan yang sering mengemuka “kapan ilmu ekonomi
lahir”?. Terhadap pertanyaan ini, sarjana-sarjana ekonomi Barat sepakat
bahwa kelahiran ilmu ekonomi moderen bersamaan dengan terbitnya buku “ The Wealth of Nation” karya besar Adam
Smith yang dipublikasikan pada tahun 1776. Sehubungan dengan perkembangan
pemikiran ekonomi, Schumpeter berpendapat bahwa terjadilompatanselama lebihdari 500 tahun dari masa
Yunani Kuno untuksampaipadamasa St Thomas Aquinas (1255-1274).Masa ini
berada dalam periode zaman kegelapan (dark
age) yang terjadi di kawasan Eropa.
Sejarah mencatat bahwa Eropa mengalami abad
kegelapan (the dark age) yang terjadi
pada periode antara masa klasik Yunani (Yunani Kuno) dan Romawi hingga
pertengahan abad ke -11. Pada masa itu Eropa mengalami peristiwa-peristiwa penting,
misalnya munculnya monarki-monarki nasional, dimulainya penjelajahan dunia dan
perang salib. Istilah abd kegelapan juga digunakan untuk menjelaskan sejak
runtuhnya kekaisaran Romawi hingga lahirnya Zaman Renaisans atau abd pencerahan
Eropa. Di zaman ini, hukum negara dan keputusan pemerintah ditentukan oleh Dewan Gereja dan pemerintah
kerajaan secara otoriter, masa ini berlangsung sekitar 600 tahun.
Pada masa kegelapan, Eropa
mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum,
khususnya pemikiran ekonomi. Pada masa
ini terjadi pertentangan antara Gereja dan para ilmuwan. Misalnya pihak Gereja
menyatakan bumi ini rata atau datar. Sementara, Galileo Galilei menyatakan
bahwa bumi ini bulat/bundar. Teori ini (Teori Heliosentris) akhirnya terbukti
ketika para penjelajah Eropa berhasil mengelilingi dunia dan mereka sampai ke
benua Asia, Afrika dan Australia.Abad kegelapan Eropa berakhir ketika sistem
monarki mulai diganti dengan sistem konstitusional, bangkitnya humanisme pada
abad ke 15 sampai 16 serta Revolusi Perancis (Amazone.Com, dan Bimbingan.Org,
tanggal 5/10/10/2013).
Berbeda dengan yang dialami Eropa,
pada masa yang sama dibelahan dunia Islam mengalami masa keemasan Islam (The (Golden Age of Islam).Pada masa itu perkembangan
budaya dan pengetahuan yang sangat pesat, sangat banyak karya-karya sarjana
Muslim yang sangat mumpuni yang pada perkembangan selanjutnya menjadi dasar
bagi berkembangnya budaya dan ilmu pengetahuan di Eropa. Ironisnya, masa keemasan
Islam tidak diakui oleh sarjana-sarjana Barat.
Banyak pandangan sarjana-sarjana Muslim yang mirip dengan tulisan atau
pandangan sarjana-sarjana Barat, misalnya Teori tentang pembagian kerja dan
spesialisasi (division of labour)
yang dirumuskan oleh Adam Smith telah ditemukan dalam karya Al-Ghazali yang
berjudul Ihya Ulum Al-din (menghidupkan
kembali ajaran-ajaran agama) dan dalam
karya Ibnu Khaldum yang berjudul Al-Muqadimah. Analisis Al-Ghazali tentang
pembagian kerja dan spesialisasi menggunakan contoh pabrik jarum, sedangkan
Adam Smith menganalisis hal yang sama dengan menggunakan contoh pabrik peniti
(pin). Teori ekonomi Al-Ghaali dan Ibnu Khaldum berisikan analisis ekonomi yang
dikembangkan oleh Adam Smith, David Ricardo, Thomal Malthus daan JM. Keynes
yang datang setelah era Klasik ( Hoetoro, 2007:86).
1.5. Jenis-Jenis
Analisis Ilmu Ekonomi
Analisis
ekonomi dibedakan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:
1. Ekonomi
Deskriptif
Ekonomi deskriptif merupakan
bagian ekonomi positif yang menggambarkan
keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perekonomian atau pengumpulan data yang
mendeskripsikan fenomena dan fakta, misalnya pengumpulan data untuk
menggambarkan pendapatan petani padi
sawah di daerah transmigrasi (Case and Fair, 2007:12).
2. Teori
ekonomi
Teori
ekonomi juga merupakan bagian dari ekonomi positif yang dapat dimaknai sebagai
penjelasan-penjelasan mengenai sifat-sifat hubungan antar variabel ekonomi dan
ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang
mempengaruhinya mengalami perubahan. Teori ekonomi juga merupakan pernyataan
atau sekumpulan pernyataan tentang sebab akibat, aksi dan reaksi. Salah satu
contoh teori yang dikemukan oleh Alfred Marshall pada tahun 1890: ketika harga
produk meningkat, orang cenderung mengurangi pembelian produk itu, sebaliknya ketika
harga produk turun, orang cenderung membeli lebih banyak (Case and Fair,
2007:13).
3. Ekonomi
terapan.
Ekonomi
terapan biasa juga disebut ekonomi kebijakan yang mengkaji tentang kebijakan
yang perlu diambil untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Salah satu peranan
dari teori ekonomi adalah menjadi landasanatau dasar dalam merumuskan
kebijakan-kebjakan ekonomi, baik kebijakan ekonomi yang ruang lingkupnya makroekonomi maupun
kebijakan ekonomi yang ruang lingkupnya mikroekonomi.
1.6. Teori Ekonomi
Isi
pengetahuan (science) adalah sejumlah
teori. Oleh karena Ilmu ekonomi sebagai suatu pengetahuan, maka dia berisi
tentang teori-teori, salah satunya adalah teori permintaan.
Kerlinger
dalam Sugiyono (2010:81) menyatakan:
“A
Theory is a set of interrelated constructs (variables, defenitions, and
propositions that presents a systematic view of fenomena by specifying
relations among variables, with the purpose of explaining natural fenomena”.
Jika
definisi tersebut diterjemahkan secara bebas maka teori merupakan:
“seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yg berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna
u menjelaskan dan meramalkan fenomena”.
Teori
menyatakan hubungan kausal (cause and
effect) di antara fakta/variabel. Teori terdiri dari serangkaian proposisi,
definisi dan asumsi ttg bagaimana “how
the real world behaves”.
Apa itu teori ekonomi?. Terdapat
banyak definisi tentang teori ekonomi yang dikemukakan oleh pakar ekonomi,
salah satu diantaranya dikemukan oleh
Winardi (2010:8) teori ekonomi
adalahsebagai sebuah hukum, prinsip atau model. Istilah-istilah tersebut kadang-kadang dianggap identik
antara satu dengan lainnnya. Teori ekonomi adalah pernyataan atau sekumpulan
pernyataan tentang sebab dan akibat, aksi dan reaksi.
Sebuah
teori memiliki 4 (empat) buah elemen dasar, yaitu:
1. Suatu
pernyataan tentang hubungan antar variabel
2. Sejmulah
asumsi tentang kondisi yang harus berlaku agar suatu teori dapat berlaku
3. Hipotesis
yang menyatakan bagaimana cara variabel-variabel berhubungan
4. Sebuah
prediksi tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang
Jika
ke empat elemen teori tersebut kita kaitkan dengan hukum yang dikemukakan oleh
Alfred Marshall pada tahun 1890 yang terkenal dengan nama Hukum Permintaan. Hukum ini menjelaskan bahwa jika
harga suatu produk meningkat, maka orang (konsumen) cenderung mengurangi
pembelian produk itu, sebaliknya jika harga suatu produk turun, maka orang (konsumen)
cenderung membeli lebih banyak. Teori tersebut dibangun di atas asumsi bahwa keadaan
lain tidak berubah(ceteris paribus).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa:
o Hukum
permintaan membahas atau menjelaskan hubungan
antara dua variabel yaitu variabel harga
dan variabel jumlah barang yang diminta
o Hukum
permintaan menggunakan asumsi ceteris
paribus, kekuatan hukum permintan terletak pada asumsi tersebut. Asumsi ini
penting pada saat kita akan menguji teori permintaan tersebut.
o Hipotesis
dalam hukum permintaan adalah ketika harga turun, jumlah yang diminta akan
meningkat. Pernyataan tersebut merupakan hubungan berlawanan (inverse relationship) karena kedua
variabel tersebut berubah ke arah yang berlawanan. Hubungan tersebut dikenal
dengan istilah korelasi negatif di antara variabel tersebut.
o Dengan
bantuan teori, kita dapat memprediksi apa yang akan terjadi jika seorang
produsen baju dapat melakukan efisensi sehingga harga baju bisa menjadi lebih
murah. Jika harga baju menjadi lebih murah, maka kita dapat menduga bahwa
volume penjualan baju akan meningkat di masa yang akan datang yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan keuntungan (profit)bagi produsen/penjual
baju (Winardi, 2010:11).
Para ahli teori membangun
model formal dari perilaku, model adalah teori
yang disederhanakan yang menunjukkan hubungan penting antara variabel ekonomi
(eksogen dan endogen). Sebuah model akan menunjukkan bagaimana perubahan dalam
variabel eksogen mempengaruhi variabel endogen. Dalam bahasa yang lain, model
merupakan pernyataan matematis tentang hubungan yang diperkirakan di antara dua
variabel atau lebih. Variabel adalah hasil pengukuran yang nilainya (angkanya)
berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan dari observasi ke observasi.
Pertanyaan yang sering muncul apakah
manfaat atau kegunaan teori?. Ada 3 (tiga) kegunaan teori, yaitu: (1). Sebagai
lat eksplanasi, (2). Sebagai alat peramal dan (3). Sebagai alat pengontrol (Tafsir
(2010:37).
1. Teori Sebagai Alat Eksplanasi
a. Dengan
bantuan teori, kita dapat menjelaskan tentang suatu peristiwa, misalnya pada
medio tahun 1997 di Indonesia terjadi krisis moneter yaitu nilai rupiah semakin
melemah (depresiasi) terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Krisis tersebut
dipicu oleh liberalisasi perbankan sejak tahun 1988 yang memicu terjadinya
kenaikan suku pinjaman di atas dua digit. Akibatnya banyak sektor usaha yang
meminjam dana valuta asing untuk membiayai bisnisnya karena bunganya lebih
murah dibandingkan dengan pinjaman rupiah dari perbankan nasional. Akibatnya
utang luar negeri sektor sangat membengkak. Hal ini juga dipicu dengan
keluarnya Keppres No.39/1991 yang memberikan keleluasaan sektor swasta untuk
meminjam dana dari lembaga keuangan internasional (Subagyo, 2012:4). Meningkatnya
utang berjangka pendek yang segera jatuh tempo, berakibat pada tekanan terhadap
permintaan valuta asing, yang berakibat pada semakin lemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS. Krisis ini telah membawa dampak yang luas terhadap
kehidupan di Indonesia, salah satu dampaknya ialah harga-harga semakin tinggi
(inflasi). Pertanyaan yang patut dikemukakan adalah bagaimana kita menjelaskan
gejala tersebut?.
b. Jika
kita mengacu pada teori ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa jika terdapat banyak utang luar negeri yang jatuh tempo
(utang yang harus segera dibayar), utang harus dibayar dengan dollar AS, maka
banyak pihak yang membutuhkan dollar AS untuk melunasi utangnya, karena banyak
yang membutuhkan dollar AS, maka dollar AS menguat (apresiasi) terhadap rupiah,
akibatnya harga-harga di dalam negeri semakin tertekan naik (inflasi).
2. Teori Sebagai Alat Peramal
a. Jika
kita membuat eksplanasi, maka pada saat itu kita juga dapat mengetahui
faktor-faktor penyebab terjadinya suatu gejala. Jika faktor-faktor penyebab
telah diketahui, maka kita dapat membuat ramalan atau prediksi tentang apa yang
terjadi di masa akan datang.
b. Jika
di masa yang akan datang semakin banyak
utang yang jatuh tempo, maka dapat dibuat ramalan bahwa kurs Rupian terhadap
dollar AS akan semakin lemah dan selanjutnya harga-harga di dalam akan
mengalami peningkatan (inflasi). Kredibilitas dan banyaknya ramalan yang dapat
dibuat oleh ilmuwan tergantung pada kekuatan teori yang digunakan, kecerdasan
dan ketersediaan data serta validitas data.
3. Teori Sebagai Alat
Pengontrol
a. Eksplanasi
merupakan bahan, baik untuk ramalan maupun kontrol/mengendalikan. Seorang
ekonom, selain mampu membuat ramalan berdasarkan eksplanasi, juga sekaligus
dapat membuat kontrol/mengendalikan
b. Agar
rupiah bisa menguat (apresiasi) terhadap dolar AS, maka perlu dilakukan
penjadualan kembali pembayaran utang (pembayaran utang diundur untuk beberapa
waktu). Kurs rupiah terhadap dolar AS harus dikontrol agar tidak mengalami
pelemahan (depresiasi) terus menerus. Kontrolnya ialah kebutuhan terhadap dolar
AS dikurangi dengan cara penjadualan kembali pembayaran utang.
c. Agar
kontrolnya bisa efektif, maka kontrolnya bukan hanya satu jenis. Dalam kaitan
ini yang bisa kita lakukan adalah mengurangi barang impor terutama barang-barang
yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Di samping itu, sejak bulan
september 1997, mengeluarkan kebijakan penundaan beberapa megaproyek, kebijakan
ini diharapkan dapat mengurangi barang impor yang pada gilirannya akan
mengurangi permintaan terhadap dollar AS.
Pertanyaan/Soal untuk
diskusi:
1.
Jelaskan apa yang dimaksud invisible hand?
2.
Jelaskan definisi ilmu
ekonomi
3.
Jelaskan barang-barang
ekonomi
4.
Jelaskan pembagian ilmu
ekonomi
5.
Jelaskan jenis-jenis
analisis ilmu ekonomi
6.
Jelaskan manfaat dan
kegunaan teori
7.
Jelaskan masalah pokok
ekonomi
8.
Jelaskan apa sistem ekonomi
9.
Jelaskan peranan matematika
dalam perkembangan ilmu ekonomi.
10.
Jelaskan perbedaan antara ekonomi normatif dan
ekonomi positif.
Apendiks Bab I
Dalam apendiks ini akan
dijelaskan mengenai peranan matematika dalam ilmu ekonomi. Sebelum ilmu
matematika digunakan dalam analisis ilmu ekonomi, para ahli ekonomi menyusun
teori- teorinya dalam bentuk kalimat, oleh karena itu sangat wajar Adam Smith
menulis teorinya dalam buku sekitar 1000 halaman, jika teori Adam Smith
diformulasikan dalam model atau persamaan matematika, maka hanya akan
memerlukan beberapa halaman saja.
1. Matematika Sebagai Alat
Analisis
Sebagaimana penjelasan sebelumnnya
bahwa jati diri ilmu ekonomi semakin sulit diidentifikasi lagi karena
perkembangan ilmu ini sudah semakin jauh dari akarnya, yaitu sebagai rumpun
ilmu sosial. Perkembangan mutakhir ilmu ini akhirnya semakin mendekati ilmu
eksakta atau ilmu pasti.
Penggunaan matematika dalam Ilmu Ekonomi
dimulai sejak akhir abad 19. Misalnya Cournot (1801-1877)telah
merumuskan permintaan terhadap suatu barang ditentukan oleh tingkat harga
barang tersebut. Jika permintaan itu dirumuskan dalam matematika, maka
formulanya adalah sebagai berikut: Dx
= f(Px), fungsi permintaan dibaca sebagai berikut: permintaan
terhadap barang x merupakan fungsi dari harga barang x. Dia juga telah menganalisis mengenai hubungan
antara harga dan jumlah barang. yang diminta,
Karya Marshall yang diterbitkan pada
tahun 1890 disertai dengan apendiks matematika sebagai alat/sarana dalam
analisisnya. Sejak dahulu sampai sekarang, matematika merupakan alat bantu
analisis bagi ekonom. Penggunaan matematika sangat menunjang kemajuan teori
ekonomi. Jika asumsi-asumsi dalam teori ekonomi yang bersifat abstrak
dirumuskan dalam bentuk verbal, maka membutuhkan kertas yang berlembar-lembar,
dengan matematika dapat dijelaskan secara eksplisit dalam beberapa bentuk model
atau persamaan (Rahardja dan Manurung, 2004:18).
Nicholson (1997:25) mengenai hal ini dan
menyatakan bahwa:
“Mereka menggunakannya bukan karena mereka hendak bersembunyi dibelakang
simbol-simbol atau membuat supaya argumen mereka tidak dapat dimengerti umum,
melainkan matematika memberikan cara
yang tepat untuk merumuskan hasil-hasil perhitungan tertentu. Seperti halnya
ilmu pengetahuan fisika, ilmu ekonomi menggunakan untuk menjelaskan secara logis mulai dari
asumsi-asumsi dasar dari sebuah teori sampai implikasi dan asumsi-asumsi itu.
Tampa matematika proses itu akan lebih sulit dan juga kurang tepat”
2.
Matematika Ekonomi
Perlu digarisbawahi bahwa ilmu matematika
bukanlah ilmu ekonomi. Seorang ahli matematika tidak otomatis atau belum tentu
bisa menjadi ahli ekonomi. Sebaliknya seseorang bisa menjadi ahli ekonomi tanpa
harus terlebih dahulu menjadi ahli matematika. Untuk alasan itu, maka dapat
disimpulkan bahwa matematika hanya sebagai alat bantu dalam analisis ekonomi.
Dalam kaitan ini, pendapat Nicholson selaras
dengan pendapat Rahardja dan Manurung (2004:18) menyatakan:
“
matematika ekonomi adalah sebuah pendekatan dalam analisis ekonomi, di mana
para ekonom menggunakan perangkat dan simbol-simbol matematika dalam
melontarkan masalah, analisis, menarik kesimpulan dan memberikan saran
kebijakan”.
Dalam analisisnya, para ahli
ekonomi menggunakan peralatan matematika antara lain aljabar linear, matriks,
teori himpunan, geometri, diferensial dan kalkulus. Variabel-variabel ekonomi
dilambangkan dengan hurup, misalnya harga (price)
dilambangkan atau dinotasikan dengan hurup P, biaya (cost) dinotasikan dengan C,
jumlah (quantity) dinotasikan dengan
Q dan permintaan (demand) dinotasikan dengan hurup D serta penawaran (supply) dinotasikan dengan hurup S.
2.1.
Hubungan
Antar Variabel Ekonomi
Hubungan antar variabel-variabel
ekonomi dapat dinyatakan dalam bahasa matematika, misalnya aljabar. Unsur-unsur
dalam aljabar adalah variabel, umumnya dinotasikan dengan hurup X dan Y (dibaca
way).
Apa itu variabel (variable)?.
Variabel adalah hasil
pengukuran yang nilainya berubah-berubah (bervariasi), misalnya hasil ujian
mahasiswa Fekon UHO yang mengambil matakuliah Pengantar Ekonomi. Nilai (hasil),
hasil ujian ini berbeda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, ada
yang memperoleh nilai 80,86, 87, 90, 92 dan sebagainya.
Dimisalkan ada fungsi
sebagai berikut: Y = f (X)
Cara membaca fungsi tersebut
adalah sebagai berikut: Y merupakan suatu fungsi dari X. Dalam fungsi ini, Y
merupakan variabel terikat (dependent variable), sementara X merupakan variabel
bebas (independent variabel). Dari
persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai-nilai Y ditentukan oleh nilai-nilai
X.
2.2.
Gafik
(Graph).
Grafik
adalah representasi visual mengenai hubungan antar dua variabel. Tabel berikut
memperlihatkan illustrasi hipotetis hubungan antara pendapatan yang siap
dibelanjakan dan konsumsi. Penduduk cenderung membeli lebih barang seiring
dengan peningkatan pendapatannya. Total konsumsi masyarakat akan meningkat
seiring dengan meningkatnya pendapatan. Berikut ini diberikan teladan mengenai
hubungan antara jumlah konsumsi dan pendapatan (data hipotetis).
Tabel 1. Hubungan Antara
Pendapatan Dan Konsumsi
Titik
|
Konsumsi
Per
Hari (Rp)
|
Pendapatan
Per
Hari (Rp)
|
A
|
5000
|
0
|
B
|
10.000
|
10.000
|
C
|
15.000
|
20.000
|
D
|
20.000
|
30.000
|
E
|
25.000
|
40.000
|
Data
Tabel 1 dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan langsung antara variabel konsumsi
dan variabel pendapatan sebagaimana pada Gambar A1. Hubungan tersebut dapat
dirumuskan sebagai suatu fungsi yang dalam Teori Ekonomi oleh JM. Keynes dinamakan
fungsi konsumsi (consumption function) yang dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:
C = α+
βYd....................................................................... (A1)
Keterangan:
C
adalah pengeluaran konsumsi
Yd
adalah disposable income
α adalah konstanta atau konsumsi otonom
β
adalah koefisien arah garis fungsi konsumsi(marginal
propencity to consume (MPC)
D
|
E
|
C
|
B
|
A
|
Yd
|
C
|
40.000
|
30.000
|
20.000
|
10.000
|
25.000
|
20.000
|
15.000
|
10.000
|
C = 5000 +
0.50Yd
Gambar A1. Grafik Hubungan Antara Konsumsi
dan Pendapatan
Dari Gambar A1 terlihat bahwa sumbu
vertikal diwakili oleh variabel konsumsi, sementara, sumbu horisontal diwakili
oleh variabel pendapatan. Variabel pada sumbul horisontal dinamakan variabel
bebas (independent variable),
variabel ini juga dinamakan variabel sebab (cause)
atau sumber (source). Sedangkan variabel pada sumbu vertikal
dinamakan varaibel terikat (dependent
variable), variabel ini juga dinamakan variabel akibat at. Hubungan pada Gambar 1 dinamakan
hubungan langsung yang positif.
Data
pada Tabel 2 dapat digunakan menggambar grafik hubungan terbalik (negatif)
antara harga tiket dan penonton film sebagaimana pada Gambar A2. Dari Gambar
terlihat sumbu vertikal merupakan harga tiket, sedangkan sumbu horisontal
merupakan variabel penonton.
Tabel
2. Hubungan Harga Tiket dan Penonton
Harga Tiket
|
Penonton (ribuan)
|
Titik
|
50
|
0
|
a
|
40
|
4
|
b
|
30
|
8
|
c
|
20
|
12
|
d
|
10
|
16
|
e
|
0
|
20
|
f
|
Sumber:
McConnell and Brue ( 2005:16)
4
|
8
|
16
|
Q
|
P
|
f
|
e
|
d
|
c
|
b
|
a
|
50
|
40
|
30
|
20
|
10
|
0
|
P =
50 – 2.5Q
12
|
20
|
Sumber: McConnell and Brue
( 2005:16)
Gambar A2. Hubungan Antara
Harga Karcis dan Penonton
Dari Gambar A2 dapat dibuat
persamaan atau fungsi hubungan antara harga tiket dan jumlah penonton dalam
bahasa matematika. Fungsi tersebut didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah
barang yang diminta memiliki hubungan negatif (terbalik) dengan tingkat harga.
Jika harga meningkat, maka jumlah barang yang diminta makin sedikit, begitu
pula jika terjadi sebaliknya. Hubungan tersebut dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Qd =
α – βP........................................................................ (A2)
Keterangan:
Qd adalah jumlah barang yang diminta
P adalah harga barang per unit
Qd
merupakan variabel terikat (dependent
variable), nilai Qd tergatung pada besarnya nilai harga (P). Qd juga
dinamakan variabel endogen karena nilai atau jumlah Qd ditentukan dalam
persamaan (model).
P
merupakan variabel bebas (independent
variable). Variabel ini juga dinamakan variabel eksogen karena nilai P
ditentukan di luar persamaan (model).α adalah konstanta, yaitu ukuran yang
nilainya tidak berubah-ubah.
β
merupakan koefisien parameter yang menunjukkan berapa besar perubahan jumlah
barang diminta sebagai akibat dari perubahan harga sebesar 1 unit. Nilai β
diperoleh dari formula berikut:
∂Qd/∂P = - β .................................................................. (A3)
Dari persamaan (A3) dapat
dijelaskan jika harga turun sebesar 1 unit, maka jumlah yang diminta bertambah
sebesar β unit. Begitupula jika terjadi sebaliknya. Harga dan jumlah barang
yang diminta memiliki hubungan yang terbalik (negatif), hal ini selaras dengan
Hukum Permintaan.
2.3.
Kemiringan
Garis (slope of a line)
Kemiringan suatu garis
adalah rasio perubahan vertical terhadap rasio perubahan horisontal di antara
dua titik pada suatu garis. Ada empat
jenis kemiringan (slope), yaitu:
§ Kemiringan
Positif (positive slope).
Contoh kemiringan jenis ini
dapat kita temukan di antara titik B dan C pada Gambar 1. Dari gambar tersebut
terlihat perubahan vertikal (perubahan konsumsi) sebesar Rp 5000 dan perubahan
horisontal (perubahan pendapatan) sebesar Rp 10.000. Kemiringan garis tersebut
adalah:
Kemiringan = perubahan
vertikal/perubahan horisontal
= 5000/10.000
= ½ atau
= 0,5
Kemiringan garis tersebut
sebesar ½ atau 0,5 merupakan kemiringan positif karena perubahan konsumsi dan
perubahan pendapatan dalam arah yang sama. Artinya hubungan antara konsumsi dan
pendapatan merupakan hubungan langsung dan postif.
Dalam Teori Ekonomi Makro,
kemiringan garis fungsi konsumsi tersebut terkenal dengan istilah Marginal Propencity to Consumption
(MPC).
MPC =
∂C/∂Yd........................................................ (A4)
Persamaan A4 menjelaskan
jumlah tambahan konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan
§ Kemiringan
Negatif
Contoh kemiringan jenis ini
dapat kita temukan pada titik c dan d pada Gambar 2. Formula untuk menghitung
kemiringan jenis ini adalah:
Kemiringan = perubahan
vertikal/perubahan horisontal
= -10/+4
= -2,50
Kemiringan ini merupakan
kemiringan negatif karena harga tiket dan penonton merupakan hubungan terbalik
(hubungan yang berlawanan) atau hubungan negatif.
§ Kemiringan
tak terhingga (infinite slope).
§ Kemiringan
nol (zero slope)
2.4.
Tipe-Tipe
Persamaan
Ada tiga tipe persamaan
(Rahardja dan Manurung, 2008: 21), yaitu:
1. Persamaan
Definisi
Persamaan tipe ini
memberikan definisi suatu variabel
∏ = TR –
TC.................................................................. (A5)
Keterangan:
∏ adalah laba/keuntungan
TR adalah penerimaan total
TC adalah biaya total
Persamaan (A5)
mendefinisikan bahwa keuntungan sebagai penerimaan total dikurangi biaya total
2. Persamaan
Perilaku
Persamaan ini menjelaskan
bagaimana nilai suatu variabel berubah
sebagai akibat perubahan variabel lain. Contoh persamaan perilaku adalah
persamaan (A1) dan (A2).
3. Persamaan
Keseimbangan
Persamaan tipe ini menjelaskan syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai keseimbangan. Contoh persamaan tipe
ini adalah:
IS = LM....................................................................... (A6)
Keterangan:
IS adalah keseimbangan di pasar barang
LM adalah keseimbangan di pasar uang
(moneter)
Persamaan A6
mendiskripsikan keseimbangan umum perekonomian akan tercapai apabila terjadi
keseimbangan simultan baik di pasar barang maupun di pasar uang.
DON'T FORGET COMMENT :) !!!
Terimakasih materi Pembagian Ilmu Ekonominya :) sangat bermanfaat
BalasHapus