Jumat, 07 November 2014

Rivandi_ materi kuliah tinjauan umum tentang ilmu ekonomi


BAB
1
 
Tinjauan Umum


1.1.      Definisi Ilmu Ekonomi

Sebelum menjelaskan mengenai definisi ilmu ekonomi, ada baiknya terlebih dahulu dijelaskan mengenai masalah ekonomi. Masalah ekonomi muncul bersamaan dengan hadirnya manusia di planet ini. Adam dan Hawa merupakan sepasang anak manusia yang pertama hadir di planet ini menghadapi masalah ekonomi yang berkenaan dengan masalah pakaian, pangan dan papan. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat pra-sejarah pun terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi. Mereka mempergunakan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar mereka. Nicholson (1997:13) menyatakan ada dua ciri pokok organisasi ekonomi masyarakat pra-sejarah, yaitu spesialisasi dan pertukaran. Setiap individu tidak perlu melakukan seluruh tugas yang diperlukan bagi kelangsungan masyarakatnya, tapi cukup dengan memanfaatkan spesialisasi.
Sebagian individu akan pergi menangkap ikan atau berburu binatang, mengumpulkan bahan makanan, yang lain membuat peralatan pertanian, merawat anak-anak dan melakukan kegiatan rumah tangga. Dengan adanya spesialisasi membuat masyarakat primitif menjadi lebih produktif dibanding sebelum adanya spesilisasi. Spesialisasi hanya dapat terjadi jika tersedia lembaga pertukaran. Para penangkap ikan akan menukarkan ikannya dengan beras atau bahan makanan lainnya,  demikian halnya dengan individu-individu lainnya. Lebih lanjut Nicholson menyatakan bahwa dengan menggunakan prinsip ekonomi yang sederhana mengenai pertukaran dan spesialisasi, masyarakat primitif mampu bertahan dan akhirnya mencapai kemajuan.
Ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengalamai perkembangan yang sangat cepat seiring dengan terbitnya karya monumental  Adam Smith yang berjudul “  An Inqury Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”. Adam Smith dipandang sebagai bapak ilmu ekonomi, karena dialah yang mengembangkan ilmu ini secara sistematis dan terpisah dari ilmu-ilmu lainnya, misalnya terpisah dari ilmu fIlsafat dan hukum. Para ilmuwan memberi gelar khusus pada ilmu ekonomi dengan sebutan “rajanya ilmu sosial” (the prince of social science).
Gagasan radikal  Adam Smith adalah the Invisible hand yang dia cetuskan pada abad ke-18. Gagasan ini merupakan ikhtisar dari hukum permintaan dan penawaran dan menjelaskan bagaimana tarikan dan dorongan dari kedua faktor  tersebut menguntungkan masyarakat secara keseluruhan (Conway, 2009:6).Ide pokok Adam Smith dalam the Invisible hand adalah tidak ada yang salah dengan orang yang bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri. Di pasar bebas, kekuatan gabungan dari semua orang yang mengejar kepentingannya sendiri akan menguntungkan masyarakat secara keseluruhan dan memperkaya semua orang.
Dalam karya monumentalnya  yang berjudul “ An Inqury Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” Adam Smith mengemukakan suatu pandangan yang perlu digarisbawahi, yaitu:
“ (setiap individu) tidak bermaksud untuk memenuhi kepentingan publik, atau mengetahui seberapa banyak dia mengetahuinya...dengan mengarahkan industri(nya) sedemikian rupa sehingga menghasilkan nilai terbesar, dia hanya dia hanya menginginkan keuntungan sendiri. Dalam hal ini, seperti di dalam banyak kasus lainnya, dirinya dipimpin oleh tangan yang tidak terlihat untuk melakukan sesuatu yang bukan merupakan bagian dari maksudnya...dengan mengejar kepentingannya sendiri dia sering kali juga memenuhi kepentingan masyarakat dari pada ketika dia benar-benar bermaksud untuk memenuhinya. Saya tidak pernah mengetahui hal baik dilakukan oleh mereka yang memang sengaja berdagang untuk kepentingan publik”

Perkembangan dan modernisasi kegiatan ekonomi di berbagai negara sangat memengaruhi perkembangan pemikiran ekonomi yang sangat luas dan kompleks. Akibatnya, analisis-analisis dalam ilmu ekonomi telah menjadi lebih kompleks dan memberikan jawaban yang lebih lengkap mengenai kegiatan suatu perekonomian (Djoyodipuro,1997).
Jati diri ilmu ekonomi semakin sulit diidentifikasi lagi. Karena perkembangan ilmu ini sudah semakin jauh dari akarnya, yaitu sebagai rumpun ilmu sosial. Perkembangan mutakhir ilmu ini akhirnya semakin mendekati ilmu eksakta atau ilmu pasti. Akibatnya, berbagai problema ekonomi yang sejatinya merupakan persoalan sosial kemanusian, akhirnya diselesaikan dengan pendekatan matematis dan eksak yang sangat kaku, kering, kosong dari dimensi sosial kemasyarakatan (Triono, 2012:2).

Pertanyaan yang patut diajukan adalah ilmu apakah yang paling berpengaruh terhadap kehidupan umat manusia di atas planet ini?. Jawabannya adalah ilmu ekonomi?. Ilmu ini yang dianggap paling bertanggungjawab terhadap nasib sekitar 7  miliar umat manusia di planet. Bahkan ada pihak yang menyatakan bahwa hidup matinya manusia di muka bumi ini ada di tangan ilmu ekonomi (Triono, 2012:1). Berjuta buruh yang telah mencucurkan keringat dari hari ke hari, apakah mereka telah mendapatkan upah/gaji yang layak atau tidak?, ilmu ekonomi-lah yang bisa menjawabnya. Apakah ilmu ekonomi bisa menjelaskan krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997-an yang menjelma menjadi krisis multidimensi?. Pertanyaan itu merupakan tantangan bagi pakar ekonomi, baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani katayaitu οἶκος (oikos) yang berarti keluarga (rumah tangga), dan νόμος (nomos) berarti peraturan, aturan, hukum.. Secara umumkata ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga atau negara. Istilah  atau kata ekonomi pertama kali diperkenalkan oleh Xenophone (427 SM), istilah tersebut dia kemukakan dalam karyanya yang berjudul Oikonomikus (Natsir, 2009:14).
Definisi tentang ilmu ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ekonom, salah satu di antaranya yang paling lengkap adalah yang dikemukakan oleh Prof. Paul. A. Samuelson  yang akrab dengan panggilan Samuelson, beliau lahir pada tahun 1915 di Gary Indiana. Dia seorang pakar ekonomi pemenang hadiah nobel di bidang ekonomi pada tahun 1970.
Samuelsonmendefinisikan ilmu ekonomi sebagai berikut:
“.......economics is the study of how people and society end up choosing, with or without the use of money, to employ scarce productive resources that could have alternative use, to produce various commodities and ditribute them for consumption, now or in the future, among various persons and groups in society”.
Jika definisi tersebut diterjemahkan secara  bebas maka (Sukirno, 2012:9) definisi ilmu ekonomi adalah:
”.ilmu ekonomi adalah studi mengenai bagaimana individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa menggunakan uang, dengan menggunakan sumberdaya yang terbatas, tapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa, dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan di masa yang akan datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat”
   Dari definisi tersebut ditemukan sejumlah ide penting, antara lain: (i). Kelangkaan  (ii) Pilihan dan (iii) sumberdaya (Winardi, 2010:2).Ilmu ekonomi hanya mempersoalkan barang-barang yang memiliki sifat-sifat: (i) berguna bagi manusia dan (ii) langka. Benda-benda yang memiliki sifat-sifat tersebut dinamakanbarang ekonomi.
Selain Samuelson, banyak ahli ekonomi yang telah menyumbangkan pikirannya untuk mendefinisikan ilmu ekonomi, diantara adalah:
1.    McConnell and Brue (2005:3) menyatakan: definition of economics “It is the social science concerned with the efficient use of scarce resources to achieve the maximum satisfaction of economic wants”.
2.    Djoyodipuro (1991:5) ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, berpendapat bahwa ilmu ekonomi adalah  “ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam memenuhi kebutuhan materinya yang banyak dan bersifat dinamis dengan sarana yang terbatas dan  mempunyai kegunaan alternatif”

Dari tiga definisi tersebut di atas ada satu kata kunci yakni kelangkaan atau kekurangan (scarcity) sumber daya sebagai pemuas kebutuhan. Kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh atau mendapatkan barang dan jasa. Barang dan jasa kebanyakan diproduksi di dalam negeri dan sebagian lagi harus diimpor dari manca negara, misalnya beras dari Thailand dan daging dari Australia.
         Keinginan untuk mendapatkan barang dan jasa dibedakan menjadi dua kelompok, yakni: (1). Keinginan yang disertai dengan kemampuan untuk membeli, dan (2). Keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan membeli. Keinginan yang disertai dengan kemampuan untuk membeli inilah yang dinamakan  oleh JM. Keynes sebagai permintaan efektif (effective demand). Jika semua benda-benda atau alat pemuas kebutuhan manusia tersedia dalam jumlah yang berlimpah, maka baik ilmu ekonomi maupun pakar (ahli) ekonomi tidak akan dibutuhkan keberadaannya.
Jika kita mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Djoyodipuro, maka  dapat disimpulkan bahwa seperti halnya dengan ilmu hukum dan sosiologis, maka pokok bahasan ilmu ekonomi adalah hubungan antar manusia, untuk alasan itu maka ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial. Hubungan antar manusia yang dimaksud adalah hubungan didalam usaha untuk  memenuhi kebutuhan materi yang beragam dan dinamis.Ilmu ekonomi hanya berkenaan dengan kebutuhan materi seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan (McConnell and Brue, 2005: 1).
Kebutuhan manusia cenderung meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif.Kecenderungan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat pendidikan yang dilaluinya, lingkungan pergaulannya, jumlah anggota keluarganya, seleranya  yang makin berkembang dan keterbukaan daerahnya dengan dunia luar serta dampak dari perkembangan IT yang mendukung gencarnya iklankhususnya melalui TV maupun di mass media lainnya  (Djoyodipuro, 1997).
Secara biologi manusia membutuhkan udara, air, pakaian, perumahan. Masyarakat kontemporer juga membutuhkan barang dan jasa untuk meningkatkan standar hidupnya. Kebutuhan manusia yang tak terbatas diperhadapkan dengan sumber daya (resources) sebagai sarana pemenuh kebutuhan yang terbatas (scarcity), akibatnya hanya sebagian dari kebutuhan yang dapat dipenuhi dan lainnya merupakan daftar keinginan belaka.
Djoyodipuro (1991: 6) menyatakan:
 “Keinginan terhadap barang tertentu yang didukung oleh daya beli merupakan permintaan terhadap barang tersebut atau permintaan efektif (effective demand). Agar permintaan terhadap suatu barang dapat terpenuhi, maka perlu dipertemukan dengan penawaran barang yang sama. Pertemuan antara permintaan dan penawaran disebut pasar”
Kebutuhan orang yang masih bermukim di atas air (di pinggir pantai) dan hidup dengan hanya mengolah kekayaan laut secara tradisional tidak akan sebanyak dan seberagam dengan seseorang yang sudah tinggal di Kendari yang telah menjadi seorang Guru Besar (Profesor). Kebutuhan manusia perlu dipenuhi, sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling sederhana adalah tenaga yang dimiliki manusia. Meskipun kita dapat menggunakan tenaga kita selama 24 jam, tapi dalam kenyataannya kita hanya dapat bekerja maksimun selama 17 jam secara terus menerus. Sisanya7 (tujuh) jam dipergunakan untuk istirahat/tidur. Tenaga yang terbatas tersebut tidak dapat dipakai untuk kegiatan memberi kuliah dan sekaligus untuk berkebun. Demikian halnya dengan gaji (pendapatan) yang kita miliki tidak dapat dibelanjakan sekaligus untuk membeli rumah di Citra Land dan membeli emas atau berlian. Gejala inilah yang disebut kegunaan alternatif.
Kebutuhan manusia adalah banyak dan bersifat dinamis dihadapkan dengan sarana pemuas kebutuhan yang terbatas dan memiliki kegunaan alternatif. Kondisi ini mengakibatkan munculnya masalah dan ilmu ekonomi membantu manusia dalam memecahkan masalah tersebut.Masalah pokok yang diterangkan dalam analisis ekonomi bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara manusia menggunakan sumberdaya atau pendapatan tertentu agar penggunaan tersebut dapat memberikan kepuasan dan kemakmuran yang maksimum kepada individu dan masyarakat (Djoyodipuro, 1997).
Manusia sebagai pelaku ekonomi selalu diperhadapkan pada permasalahan-permasalahan yang bersifat mendasar dan dihadapi oleh setiap perekonomian. Dalam kaitan tersebut perlu dijelaskan mengenai The Three Fundamental and Interdependent Economic Problem (Rosyidi, 2005:10), yakni:
1.      What commodities shall be produced and in what quantities?. Komoditi/barang dan jasa apa yang akan diproduksi dan seberapa banyak?. Barang-barang apakah dan berapa banyak barang dan jasa yang akan dipilih untuk diproduksi atau dihasilkan?. Makanan atau pakaian?. Apakah kita akan lebih banyak memproduksi makanan dibandingkan dengan pakaian atau sebaliknya?.
2.      How will the goods and services be produced?. Dengan  cara bagaimana barang-barang dan jasa-jasa itu akan diproduksi atau dihasilkan?. Siapa yang akan mengerjakannya dan dengan sumber daya apa serta teknologi apa dan bagaimana barang dan jasa itu akan dihasilkan?
3.      For Whom shall be produced?. Untuk siapa barang dan jasa yang diproduksi? atau bagaimana cara mendistribusikannya kepada setiap anggota masyarakat yang akan menikmati atau memperoleh manfaat dari diproduksinya barang-barang dan jasa-jasa tersebut?
1.2.      Barang-Barang Ekonomi
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa Ilmu ekonomi hanya mempersoalkan barang-barang yang memiliki sifat-sifat: (1) berguna bagi manusia dan (2) langka. Benda-benda yang memiliki kedua sifat tersebut dinamakan benda-benda ekonomi.  Benda-benda ekonomi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.      Barang (goods/commodities)
Barang-barang merupakan sesuatu yang berwujud (tangible) atau dapat diraba secara fisik misalnya bahan bangunan, bahan sandang dan bahan papan lainnya. Jenis barang-barang seperti ini tidak perlu dikonsumsi pada saat diproduksi, karena mereka dapat disimpan di gudang atau tempat penyimpanan lainnya untuk  tujuan persediaan.
b.      Jasa-jasa (services)
Jasa-jasa merupakan sesuatu yang tak berwujud (intangible), artinya jasa-jasa yang tersedia tidak dapat kita sentuh, misalnya jasa bengkel, jasa salon dan tukang urut. Berbeda halnya barang-barang, jasa-jasa tidak dapat disimpan atau dialihkan
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa kata kunci yang berkaitan dengan ekonomi adalah kelangkaan(scarcity). Kata ini dimaknai bahwa jumlah barang-barang dan jasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan setiap orang. Akibatnya orang-orang harus berkorban atau membayar sejumlah tertentu untuk bisa  mendapatkan barang-barang dan jasa sebagai sarana pemenuhan kebutuhan.
Pertanyaan yang patut diajukan adalah harga apa yang dibayar konsumen? Konsumen akan membayar harga barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya.
Winardi (2010:3) menyatakan bahwa orang-orang  menginginkan barang-barang ekonomi karena mereka dapat memuaskan kebutuhan tertentu. Kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa dinyatakan sebagai guna atau manfaat (utility). Penciptaan barang-barang yang mempunyai guna atau manfaat dinamakan produksi. Produksi dilaksanakan melalui bantuan sumberdaya (manusia dan alam).
      Kebutuhan masyarakat harus dipenuhi, untuk alasan itu maka perlu adanya proses produksi. Proses ini membutuhkan faktor-faktor produksi, baik yang telah disediakan oleh alam maupun yang diciptakan oleh manusia. Faktor-faktor produksi juga dinamakan sumber daya (resources). Faktor-faktor produksi dimiliki oleh suatu perekonomian akan menentukan besar kecil kemampuan suatu negara dalam menghasilkan barang dan jasa. Para ahli ekonomi membedakan faktor-faktor produksi ke dalam empat jenis, yaitu:
ü Tanah dan sumberdaya alam, meliputi tanah/lahan, barang tambang, hasil hutan, sumber alam yang dapat dijadikan modal (misalnya air/sungai yang dapat dibendung untuk irigasi dan pembangkit listrik tenaga hidro, wahana rekreasi serta untuk pengembangan perikanan).
ü Tenaga kerja, yang perlu diperhatikan dari faktor produksi ini adalah baik dari segi jumlah maupun segi kualitas tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang banyak tapi tidak dibarengi kualitas yang memadai hanya akan menjadi beban pembangunan. Oleh karena yang sangat penting bagi tenaga kerja adalah segi kualitasnya karena segi inilah yang paling menentukan kemampuan suatu negara dalam mengelola sumberdaya yang lain untuk menghasilkan barang dan jasa.
Tenaga kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Tenaga kerja kasar atau sering pula dinamakan tenaga kerja yang tidak memiliki pendidikan atau rendah pendidikannya. Akibatnya, mereka tidak memiliki keahlian dan keterampilan dalam suatu pekerjaan.
2.    Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan (training) dan pengalaman kerja, misalnya tukang kayu (mobiler), montir mobil (bengkel), tukang las, reparasi hand phone.
3.    Tenaga kerja terdidik (tenaga ahli) adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan yang cukup dan keahlian pada bidang tertentu,misalnya akuntan, dokter, ahli ekonomi dan keuangan, ahli astronomi, ahli pesawat terbang dan ahli pertanian dan sebagainya.
ü Modal. Faktor produksi jenis ini diciptakan atau diadakan dan digunakan oleh manusia dalam memproduksi barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, misalnya pelabuhan, jaringan kereta api, waduk/irigasi, pengairan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan pabrik serta alat-alat pengangkutan dan lain sebagainya.
ü Entrepreneur (kewirausahaan), faktor produksi ini  berupa keahlian dan kemampuan manusia (pengusaha) untuk mendirikan dan mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Faktor kewirausahaan sangat memengaruhi kemampuan suatu negara dalam menghasilkan barang dan jasa. Negara-negara yang memiliki jumlah wirausaha yang banyak memiliki kinerja ekonomi yang sangat maju, misalnya Singapura, Korea Selatan dan Jepang.

1.3.      Pembagian Ilmu Ekonomi

Para ekonom sepakat bahwa ilmu ekonomi dapat dibagi menurut sifatnya, lingkupnya dan bidangnya. Jika dibagi menurut sifatnya, maka ilmu ekonomi dapat merupakan ilmu positif dan ilmu normatif. Jika menurut lingkupnya, maka ilmu ekonomi merupakan ilmu ekonomi makro dan ilmu ekonomi mikro. Sedangkan jika menurut bidangnya, maka ilmu ekonomi dibagi menjadi ekonomi pembangunan, ekonomi moneter, ekonomi industri, ekonomi manajerial, ekonomi internasional dan sebagainya.

Setiap ilmu dapat bersifat positif dan normatif (Case and Fair, 2007:12), ilmu positif menerangkan gejala yang ada, sedangkan ilmu normatif menerangkan bagaimana gejala itu seharusnya. Misalnya gejala suara dalam ilmu fisika dijelaskan sebagai gelombang (merupakan ilmu positif), gejala suara yang sama dapat diatur untuk memenuhi kaidah (norma) tertentu, misalnya suara tak bergema (merupakan ilmu normatif). Bagaimana dengan ilmu ekonomi?.
Conway (2009:72) menyataakan bahwa:
ekonomi positif merupakan studi empiris dari apa yang terjadi di dunia. Misalnya, ekonomi positif meneliti pertumbuhan ekonomi beberapa negara, tingkat kemiskinan masyarakat di suatu negara atau daerah. Ekonomi positif melakukan studi ilmiah tentang mengapa suatu fenomena (misalnya tingkat kemiskinan) terjadi, tapi tidak melibatkan penilaian”.

Untuk memudahkan pemahaman mengenai perbedaan antara ekonomi positif dan ekonomi normatif, maka berikut ini diberikan contoh kalimat sebagai berikut “ satu miliar dari populasi dunia hidup dengan kurang dari $ 1 per hari. Jumlah ini berada di bawah biaya hidup manusia dan harus ditingkatkan melalui bantuan dari pemerintah”. Kalimat pertama adalah pernyataan ekonomi positif, yang kedua adalah ekonomi normatif atau disebut juga sebagai ekonomi kebijakan (Conway, 2009:72) dan (Case and Fair, 2007: 12).
Ilmu ekonomi mikro merupakan ilmu positif, karena dia menerangkan gejala yang ada, salah satu topik dalam ilmu ekonomi mikro adalah perilaku konsumen. Ilmu ekonomi yang bersifat normatif adalah berbagai manajemen fungsional, seperti pembelanjaan dan pemasaran, keduanya menerangkan bagaimana sesuatu harus dijalankan, jadi memenuhi kaidah atau norma tertentu (Djoyodipuro, 1997).

Gambar 1.1. Pembagian Ilmu Ekonomi

Bagaimana hubungan antara ilmu ekonomi positif dengan ilmu ekonomi normatif?. Hubungan tersebut dapat dijelaskan melalui contoh uraian berikut, pembangunan ekonomi yang merupakan kebijakan (ekonomi normatif) harus dirumuskan berdasarkan ekonomi pembangunan (ekonomi positif). Sebaliknya kebijakan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (ekonomi normatif) mengilhami para ekonom untuk mengembangkan teori pertumbuhan (ekonomi positif).

Apa perbedaan antara ekonomi mikro dan makro?. Kata mikro dan makro berasal dari bahasa Yunani Kuno. Mikro berarti “kecil”. McConnell and Brue, (2005:9) menyatakan bahwa “microeconomics look at specific economic units. At this level analysis, economist observes details of an economic unit, or very small segment  of the economy”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cakupan ekonomi mikro bersifat individual (parsial), misalnya konsumen, produsen, investor dan industri. Meskipun istilah industri mempunyai arti kumpulan perusahaan dalam bidang yang sama (misalnya output yang diproduksirelatif sama), namun sifat individualnya tetap ada, karena industri dibedakan menurut barangnya, misalnya industri tekstil, industri farmasi, industri perbankan dan industri baja,serta  industri rokok,  kata-kata ini mengacu pada satu jenis barang (Djoyodipuro, 1997).

Makro berarti “besar”, merupakan studi mengenai bagaimana ekonomi secara keseluruhan berfungsi. McConnell and Brue (2005:9) mengemukakan bahwa:
...macroeconomics examines either the economy as a whole or its subdivisions or aggregates, such as the government, household, and business sector. An aggregates is acollection of specific economic units treated as if they were one unit“.

Definisi lain ekonomi makro dikemukakan oleh Brian Snowdon & Howard R. Vane (2005) bahwa:
macroeconomics isconcerned with the structure, performance and behaviour of the economy as a whole. The prime concern of macroeconomists is to analyse and attempt to understand the underlying determinants of the main aggregate trends in the economy with respect to the total output of goods and services (GDP), unemployment, inflation and international transactions”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa cakupan ekonomi makro bersifat agregat. Dalam ekonomi makro tidak dikenal konsumen si Agus atau investasi PT. Angin Ribut melainkan tingkat konsumsi Indonesia, tingkat konsumsi Sulawesi Tenggara, tingkat investasi Sulawesi Selatan dan tabungan Indonesia secara keseluruhan. Perlu digarisbawahi bahwa istilah makro dan mikro tidak identik dengan “besar” atau “kecil”. Meskipun investasi PT. Angin Ribut dalam mengembangkan suatu produk pada tahun 2012 lebih besar dari tingkat investasi di suatu kabupaten (misalnya Kabupaten Konawe) pada tahun yang sama, investasi oleh perusahaan tersebut merupakan analisis ekonomi mikro dan investasi Kabupaten Konawe masuk dalam analisis ekonomi makro.

Jika diibaratkan lautan, maka ekonomi mikro membahas/menganalisis  mengenai ikan-ikan secara individual yang ada di lautan, sedangkan ekonomi makro membahas/menganalisislautan secara keseluruhan. Cakupan ekonomi makro lebih luas dibandingkan dengan cakupan ekonomi mikro.

Ruang lingkup pembahasan ekonomi makro antara lain:
§  Pendapatan nasional (perhitungan pendapatan nasional)
§  Fungsi konsumsi dan tabungan
§  Fungsi Investasi
§  Petumbuhan ekonomi
§  Kesempatan kerja
§  Pengangguran
§  Inflasi
§  Kebijakan fiskal
§  Kebijakan moneter
§  Kebijakan perdagangan
§  Persoalan konjungtur
§  Persoalan akselerator

Teori ekonomi mikro merupakan sumber derivasi berbagai ilmu yang bersifat mikro, seperti ekonomi industri, ekonomi manajerial dan ilmu ekonomi ekonomi yang bersifat normatif, seperti berbagai manajemen fungsional. Ekonomi industri merupakan teori ekonomi mikro yang membahas secara khusus mengenai industri. Ekonomi majeral merupakan teori ekonomi mikro bagi kebutuhan manajer. Untuk alasan itu, ekonomi majaerial lebih membumi dan banyak mempergunakan hitungan-hitungan yang disertai studi kasus. Ekonomi industri bersifat jauh lebih teoritis dibandingkan dengan ekonomi manajerial (Djoyodipuro, 1997).

Pertanyaan yang sering mengemuka adalah mengapa ada pemisahan antara ekonomi makro dan ekonomi mikro.Conway (2009:70) menyatakan bahwa hingga pertengahan abad ke-20 pembagian semacam ini belum ada. Dahulu ahli ekonomi adalah ahli ekonomi. Ekonom yang fokus pada skala atau ruang lingkup yang lebih besar dinamakan ahli ekonomi moneter. Sedangkan ekonom yang fokus pada skala/ruang lingkup yang kecil dinamakan ahli ekonomi harga. Kajian ekonomi makro berkembangan pesat seiring dengan terbitnya karya J.M. Keynes. Ia menciptakan ekonomi makro yang penekanannya pada peran pemerintah dalam perekonomian yang relatif besar.
Ruang lingkup pembahasan ekonomi mikro antara lain:
§   Teori permintaan
§   Fungsi-fungsi permintaan
§   Elastisitas
§   Teori penawaran
§   Fungsi-fungsi penawaran
§   Teori perilaku konsumen
§   Teori produksi dan biaya
§   Fungsi-fungsi produksi
§   Fungsi-fungsi biaya
§   Struktur pasar
§   Laba
§   Pertumbuhan perusahaan dan
§   Praktik-praktik pembatasan (restriktif)

Sebagaimana halnya dengan teori-teori dalam ilmu-ilmu lainnya, maka teori ekonomi tidak akan ada tanpa metodologi. Apa itu metodologi?
Metodologi dapat dimaknai baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit, metodologi adalah berbagai metode yang digunakan dalam kajian dan penelitian untuk menguji hipotesis. Sedangkan dalam arti luas, metodologi merupakan metode-metode tentang perkembangan, kedudukan dan peranan ilmu. Ada dua jenis metodologi, yakni: (1) Metode deduktif dan (2). Metode Induktif. Menurut metode deduktif pernyataan-pernyataan rasionallah yang benar,jikafakta-faktatidaksesuai denganpandanganrasional, makadianggapkeliru atau salah. Sebaliknya metode induktif menyatakan bahwa kesimpulan-kesimpulan  yang berasal dari risetlah yang benar. Metode deduktif bertolak dari dalil-dalil yang umum, kemudian diberlakukan pada yang hal-hal spesifik(khusus). Sedangkan metode induktif  bertolak dari dalil-dalil  khusus, kemudian ditarik menjadi kesimpulan yang berssifat umum (Hasibuan, 2003).

1.4. Kapan Ilmu Ekonomi Lahir?
Pertanyaan yang sering mengemuka “kapan ilmu ekonomi lahir”?. Terhadap pertanyaan ini, sarjana-sarjana ekonomi Barat sepakat bahwa kelahiran ilmu ekonomi moderen bersamaan dengan terbitnya buku “ The Wealth of Nation” karya besar Adam Smith yang dipublikasikan pada tahun 1776. Sehubungan dengan perkembangan pemikiran ekonomi, Schumpeter berpendapat bahwa terjadilompatanselama lebihdari 500 tahun dari masa Yunani Kuno untuksampaipadamasa St Thomas Aquinas (1255-1274).Masa ini berada dalam periode zaman kegelapan (dark age) yang terjadi di kawasan Eropa.

Sejarah mencatat bahwa Eropa mengalami abad kegelapan (the dark age) yang terjadi pada periode antara masa klasik Yunani (Yunani Kuno) dan Romawi hingga pertengahan abad ke -11. Pada masa itu Eropa mengalami peristiwa-peristiwa penting, misalnya munculnya monarki-monarki nasional, dimulainya penjelajahan dunia dan perang salib. Istilah abd kegelapan juga digunakan untuk menjelaskan sejak runtuhnya kekaisaran Romawi hingga lahirnya Zaman Renaisans atau abd pencerahan Eropa. Di zaman ini, hukum negara dan keputusan pemerintah  ditentukan oleh Dewan Gereja dan pemerintah kerajaan secara otoriter, masa ini berlangsung sekitar 600 tahun.
              Pada masa kegelapan, Eropa mengalami kemunduran dalam ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum, khususnya  pemikiran ekonomi. Pada masa ini terjadi pertentangan antara Gereja dan para ilmuwan. Misalnya pihak Gereja menyatakan bumi ini rata atau datar. Sementara, Galileo Galilei menyatakan bahwa bumi ini bulat/bundar. Teori ini (Teori Heliosentris) akhirnya terbukti ketika para penjelajah Eropa berhasil mengelilingi dunia dan mereka sampai ke benua Asia, Afrika dan Australia.Abad kegelapan Eropa berakhir ketika sistem monarki mulai diganti dengan sistem konstitusional, bangkitnya humanisme pada abad ke 15 sampai 16 serta Revolusi Perancis (Amazone.Com, dan Bimbingan.Org, tanggal 5/10/10/2013).
             Berbeda dengan yang dialami Eropa, pada masa yang sama dibelahan dunia Islam mengalami masa keemasan Islam (The (Golden Age of Islam).Pada masa itu perkembangan budaya dan pengetahuan yang sangat pesat, sangat banyak karya-karya sarjana Muslim yang sangat mumpuni yang pada perkembangan selanjutnya menjadi dasar bagi berkembangnya budaya dan ilmu pengetahuan di Eropa. Ironisnya, masa keemasan Islam tidak diakui oleh sarjana-sarjana Barat.  Banyak pandangan sarjana-sarjana Muslim yang mirip dengan tulisan atau pandangan sarjana-sarjana Barat, misalnya Teori tentang pembagian kerja dan spesialisasi (division of labour) yang dirumuskan oleh Adam Smith telah ditemukan dalam karya Al-Ghazali yang berjudul  Ihya Ulum Al-din (menghidupkan kembali ajaran-ajaran agama)  dan dalam karya Ibnu Khaldum yang berjudul Al-Muqadimah. Analisis Al-Ghazali tentang pembagian kerja dan spesialisasi menggunakan contoh pabrik jarum, sedangkan Adam Smith menganalisis hal yang sama dengan menggunakan contoh pabrik peniti (pin). Teori ekonomi Al-Ghaali dan Ibnu Khaldum berisikan analisis ekonomi yang dikembangkan oleh Adam Smith, David Ricardo, Thomal Malthus daan JM. Keynes yang datang setelah era Klasik ( Hoetoro, 2007:86).
1.5.      Jenis-Jenis Analisis Ilmu Ekonomi

Analisis ekonomi dibedakan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:
1.      Ekonomi Deskriptif
Ekonomi deskriptif merupakan bagian ekonomi positif  yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dalam perekonomian atau pengumpulan data yang mendeskripsikan fenomena dan fakta, misalnya pengumpulan data untuk menggambarkan  pendapatan petani padi sawah di daerah transmigrasi (Case and Fair, 2007:12).

2.      Teori ekonomi
Teori ekonomi juga merupakan bagian dari ekonomi positif yang dapat dimaknai sebagai penjelasan-penjelasan mengenai sifat-sifat hubungan antar variabel ekonomi dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami perubahan. Teori ekonomi juga merupakan pernyataan atau sekumpulan pernyataan tentang sebab akibat, aksi dan reaksi. Salah satu contoh teori yang dikemukan oleh Alfred Marshall pada tahun 1890: ketika harga produk meningkat, orang cenderung mengurangi pembelian produk itu, sebaliknya ketika harga produk turun, orang cenderung membeli lebih banyak (Case and Fair, 2007:13).
3.      Ekonomi terapan.
Ekonomi terapan biasa juga disebut ekonomi kebijakan yang mengkaji tentang kebijakan yang perlu diambil untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Salah satu peranan dari teori ekonomi adalah menjadi landasanatau dasar dalam merumuskan kebijakan-kebjakan ekonomi, baik kebijakan ekonomi  yang ruang lingkupnya makroekonomi maupun kebijakan ekonomi yang ruang lingkupnya mikroekonomi.

1.6.      Teori  Ekonomi

Isi pengetahuan (science) adalah sejumlah teori. Oleh karena Ilmu ekonomi sebagai suatu pengetahuan, maka dia berisi tentang teori-teori, salah satunya adalah teori permintaan.
Kerlinger dalam Sugiyono (2010:81) menyatakan:
 A Theory is a set of interrelated constructs (variables, defenitions, and propositions that presents a systematic view of fenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaining natural fenomena”.
Jika definisi tersebut diterjemahkan secara bebas maka teori merupakan:
“seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yg berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna u menjelaskan dan  meramalkan fenomena”.

Teori menyatakan hubungan kausal (cause and effect) di antara fakta/variabel. Teori terdiri dari serangkaian proposisi, definisi dan asumsi ttg bagaimana “how the real world behaves”.
Apa itu teori ekonomi?. Terdapat banyak definisi tentang teori ekonomi yang dikemukakan oleh pakar ekonomi, salah satu diantaranya dikemukan oleh  Winardi (2010:8)  teori ekonomi adalahsebagai sebuah hukum, prinsip atau model. Istilah-istilah tersebut kadang-kadang dianggap identik antara satu dengan lainnnya. Teori ekonomi adalah pernyataan atau sekumpulan pernyataan tentang sebab dan akibat, aksi dan reaksi.

Sebuah teori memiliki 4 (empat) buah elemen dasar, yaitu:
1.     Suatu pernyataan tentang hubungan antar variabel
2.     Sejmulah asumsi tentang kondisi yang harus berlaku agar suatu teori dapat berlaku
3.     Hipotesis yang menyatakan bagaimana cara variabel-variabel berhubungan
4.     Sebuah prediksi tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang

Jika ke empat elemen teori tersebut kita kaitkan dengan hukum yang dikemukakan oleh Alfred Marshall pada tahun 1890 yang terkenal dengan nama  Hukum Permintaan. Hukum ini menjelaskan bahwa jika harga suatu produk meningkat, maka orang (konsumen) cenderung mengurangi pembelian produk itu, sebaliknya jika harga suatu produk turun, maka orang (konsumen) cenderung membeli lebih banyak. Teori tersebut dibangun di atas asumsi bahwa keadaan lain tidak berubah(ceteris paribus).
     Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa:
o    Hukum permintaan membahas  atau menjelaskan hubungan antara  dua variabel yaitu variabel harga dan variabel jumlah barang yang diminta
o    Hukum permintaan menggunakan asumsi ceteris paribus, kekuatan hukum permintan terletak pada asumsi tersebut. Asumsi ini penting pada saat kita akan menguji teori permintaan tersebut.
o    Hipotesis dalam hukum permintaan adalah ketika harga turun, jumlah yang diminta akan meningkat. Pernyataan tersebut merupakan hubungan berlawanan (inverse relationship) karena kedua variabel tersebut berubah ke arah yang berlawanan. Hubungan tersebut dikenal dengan istilah korelasi negatif di antara variabel tersebut.
o    Dengan bantuan teori, kita dapat memprediksi apa yang akan terjadi jika seorang produsen baju dapat melakukan efisensi sehingga harga baju bisa menjadi lebih murah. Jika harga baju menjadi lebih murah, maka kita dapat menduga bahwa volume penjualan baju akan meningkat di masa yang akan datang yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan keuntungan (profit)bagi produsen/penjual baju (Winardi, 2010:11).
Para ahli teori membangun model formal dari perilaku, model adalah teori yang disederhanakan yang menunjukkan hubungan penting antara variabel ekonomi (eksogen dan endogen). Sebuah model akan menunjukkan bagaimana perubahan dalam variabel eksogen mempengaruhi variabel endogen. Dalam bahasa yang lain, model merupakan pernyataan matematis tentang hubungan yang diperkirakan di antara dua variabel atau lebih. Variabel adalah hasil pengukuran yang nilainya (angkanya) berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan dari observasi ke observasi.
Pertanyaan yang sering muncul apakah manfaat atau kegunaan teori?. Ada 3 (tiga) kegunaan teori, yaitu: (1). Sebagai lat eksplanasi, (2). Sebagai alat peramal dan (3). Sebagai alat pengontrol (Tafsir (2010:37).
1.  Teori Sebagai Alat Eksplanasi
a.  Dengan bantuan teori, kita dapat menjelaskan tentang suatu peristiwa, misalnya pada medio tahun 1997 di Indonesia terjadi krisis moneter yaitu nilai rupiah semakin melemah (depresiasi) terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Krisis tersebut dipicu oleh liberalisasi perbankan sejak tahun 1988 yang memicu terjadinya kenaikan suku pinjaman di atas dua digit. Akibatnya banyak sektor usaha yang meminjam dana valuta asing untuk membiayai bisnisnya karena bunganya lebih murah dibandingkan dengan pinjaman rupiah dari perbankan nasional. Akibatnya utang luar negeri sektor sangat membengkak. Hal ini juga dipicu dengan keluarnya Keppres No.39/1991 yang memberikan keleluasaan sektor swasta untuk meminjam dana dari lembaga keuangan internasional (Subagyo, 2012:4). Meningkatnya utang berjangka pendek yang segera jatuh tempo, berakibat pada tekanan terhadap permintaan valuta asing, yang berakibat pada semakin lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Krisis ini telah membawa dampak yang luas terhadap kehidupan di Indonesia, salah satu dampaknya ialah harga-harga semakin tinggi (inflasi). Pertanyaan yang patut dikemukakan adalah bagaimana kita menjelaskan gejala tersebut?.
b.  Jika kita mengacu pada teori ekonomi, maka dapat dijelaskan bahwa jika terdapat  banyak utang luar negeri yang jatuh tempo (utang yang harus segera dibayar), utang harus dibayar dengan dollar AS, maka banyak pihak yang membutuhkan dollar AS untuk melunasi utangnya, karena banyak yang membutuhkan dollar AS, maka dollar AS menguat (apresiasi) terhadap rupiah, akibatnya harga-harga di dalam negeri semakin tertekan naik (inflasi).


2.  Teori Sebagai Alat Peramal
a.  Jika kita membuat eksplanasi, maka pada saat itu kita juga dapat mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya suatu gejala. Jika faktor-faktor penyebab telah diketahui, maka kita dapat membuat ramalan atau prediksi tentang apa yang terjadi di masa akan datang.
b.  Jika di  masa yang akan datang semakin banyak utang yang jatuh tempo, maka dapat dibuat ramalan bahwa kurs Rupian terhadap dollar AS akan semakin lemah dan selanjutnya harga-harga di dalam akan mengalami peningkatan (inflasi). Kredibilitas dan banyaknya ramalan yang dapat dibuat oleh ilmuwan tergantung pada kekuatan teori yang digunakan, kecerdasan dan ketersediaan data serta validitas data.

3.  Teori Sebagai Alat Pengontrol
a.  Eksplanasi merupakan bahan, baik untuk ramalan maupun kontrol/mengendalikan. Seorang ekonom, selain mampu membuat ramalan berdasarkan eksplanasi, juga sekaligus dapat membuat kontrol/mengendalikan
b.  Agar rupiah bisa menguat (apresiasi) terhadap dolar AS, maka perlu dilakukan penjadualan kembali pembayaran utang (pembayaran utang diundur untuk beberapa waktu). Kurs rupiah terhadap dolar AS harus dikontrol agar tidak mengalami pelemahan (depresiasi) terus menerus. Kontrolnya ialah kebutuhan terhadap dolar AS dikurangi dengan cara penjadualan kembali pembayaran utang.
c.   Agar kontrolnya bisa efektif, maka kontrolnya bukan hanya satu jenis. Dalam kaitan ini yang bisa kita lakukan adalah mengurangi barang impor terutama barang-barang yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri. Di samping itu, sejak bulan september 1997, mengeluarkan kebijakan penundaan beberapa megaproyek, kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi barang impor yang pada gilirannya akan mengurangi permintaan terhadap dollar AS.
Pertanyaan/Soal untuk diskusi:
1.    Jelaskan apa yang dimaksud invisible hand?
2.    Jelaskan definisi ilmu ekonomi
3.    Jelaskan barang-barang ekonomi
4.    Jelaskan pembagian ilmu ekonomi
5.    Jelaskan jenis-jenis analisis ilmu ekonomi
6.    Jelaskan manfaat dan kegunaan teori
7.    Jelaskan masalah pokok ekonomi
8.    Jelaskan apa sistem ekonomi
9.    Jelaskan peranan matematika dalam perkembangan ilmu ekonomi.
10.  Jelaskan perbedaan antara ekonomi normatif dan ekonomi positif.


























Apendiks Bab I


Dalam apendiks ini akan dijelaskan mengenai peranan matematika dalam ilmu ekonomi. Sebelum ilmu matematika digunakan dalam analisis ilmu ekonomi, para ahli ekonomi menyusun teori- teorinya dalam bentuk kalimat, oleh karena itu sangat wajar Adam Smith menulis teorinya dalam buku sekitar 1000 halaman, jika teori Adam Smith diformulasikan dalam model atau persamaan matematika, maka hanya akan memerlukan beberapa halaman saja.

1.  Matematika Sebagai Alat Analisis

        Sebagaimana penjelasan sebelumnnya bahwa jati diri ilmu ekonomi semakin sulit diidentifikasi lagi karena perkembangan ilmu ini sudah semakin jauh dari akarnya, yaitu sebagai rumpun ilmu sosial. Perkembangan mutakhir ilmu ini akhirnya semakin mendekati ilmu eksakta atau ilmu pasti.
Penggunaan matematika dalam Ilmu Ekonomi dimulai sejak akhir abad 19. Misalnya Cournot (1801-1877)telah merumuskan permintaan terhadap suatu barang ditentukan oleh tingkat harga barang tersebut. Jika permintaan itu dirumuskan dalam matematika, maka formulanya adalah sebagai berikut:  Dx = f(Px), fungsi permintaan dibaca sebagai berikut: permintaan terhadap barang x merupakan fungsi dari harga barang x.  Dia juga telah menganalisis mengenai hubungan antara harga dan jumlah barang. yang diminta,
      Karya Marshall yang diterbitkan pada tahun 1890 disertai dengan apendiks matematika sebagai alat/sarana dalam analisisnya. Sejak dahulu sampai sekarang, matematika merupakan alat bantu analisis bagi ekonom. Penggunaan matematika sangat menunjang kemajuan teori ekonomi. Jika asumsi-asumsi dalam teori ekonomi yang bersifat abstrak dirumuskan dalam bentuk verbal, maka membutuhkan kertas yang berlembar-lembar, dengan matematika dapat dijelaskan secara eksplisit dalam beberapa bentuk model atau persamaan (Rahardja dan Manurung, 2004:18).

       Nicholson (1997:25) mengenai hal ini dan menyatakan bahwa:
       “Mereka menggunakannya bukan karena mereka hendak bersembunyi dibelakang simbol-simbol atau membuat supaya argumen mereka tidak dapat dimengerti umum, melainkan matematika memberikan  cara yang tepat untuk merumuskan hasil-hasil perhitungan tertentu. Seperti halnya ilmu pengetahuan fisika, ilmu ekonomi menggunakan  untuk menjelaskan secara logis mulai dari asumsi-asumsi dasar dari sebuah teori sampai implikasi dan asumsi-asumsi itu. Tampa matematika proses itu akan lebih sulit dan juga kurang tepat”

2. Matematika Ekonomi

Perlu digarisbawahi bahwa ilmu matematika bukanlah ilmu ekonomi. Seorang ahli matematika tidak otomatis atau belum tentu bisa menjadi ahli ekonomi. Sebaliknya seseorang bisa menjadi ahli ekonomi tanpa harus terlebih dahulu menjadi ahli matematika. Untuk alasan itu, maka dapat disimpulkan bahwa matematika hanya sebagai alat bantu dalam analisis ekonomi.
Dalam kaitan ini, pendapat Nicholson selaras dengan pendapat Rahardja dan Manurung (2004:18) menyatakan:
“ matematika ekonomi adalah sebuah pendekatan dalam analisis ekonomi, di mana para ekonom menggunakan perangkat dan simbol-simbol matematika dalam melontarkan masalah, analisis, menarik kesimpulan dan memberikan saran kebijakan”.

Dalam analisisnya, para ahli ekonomi menggunakan peralatan matematika antara lain aljabar linear, matriks, teori himpunan, geometri, diferensial dan kalkulus. Variabel-variabel ekonomi dilambangkan dengan hurup, misalnya harga (price) dilambangkan atau dinotasikan dengan hurup P, biaya (cost)  dinotasikan dengan C, jumlah (quantity) dinotasikan dengan Q dan permintaan (demand)  dinotasikan dengan hurup D serta penawaran (supply) dinotasikan dengan hurup S.

2.1.    Hubungan Antar Variabel Ekonomi
Hubungan antar variabel-variabel ekonomi dapat dinyatakan dalam bahasa matematika, misalnya aljabar. Unsur-unsur dalam aljabar adalah variabel, umumnya dinotasikan dengan hurup X dan Y (dibaca way).
Apa itu variabel (variable)?.
Variabel adalah hasil pengukuran yang nilainya berubah-berubah (bervariasi), misalnya hasil ujian mahasiswa Fekon UHO yang mengambil matakuliah Pengantar Ekonomi. Nilai (hasil), hasil ujian ini berbeda antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, ada yang memperoleh nilai 80,86, 87, 90, 92 dan sebagainya.
Dimisalkan ada fungsi sebagai berikut: Y = f (X)
Cara membaca fungsi tersebut adalah sebagai berikut: Y merupakan suatu fungsi dari X. Dalam fungsi ini, Y merupakan variabel terikat (dependent variable), sementara X merupakan variabel bebas (independent variabel). Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai-nilai Y ditentukan oleh nilai-nilai X.

2.2.    Gafik (Graph).
Grafik adalah representasi visual mengenai hubungan antar dua variabel. Tabel berikut memperlihatkan illustrasi hipotetis hubungan antara pendapatan yang siap dibelanjakan dan konsumsi. Penduduk cenderung membeli lebih barang seiring dengan peningkatan pendapatannya. Total konsumsi masyarakat akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan. Berikut ini diberikan teladan mengenai hubungan antara jumlah konsumsi dan pendapatan (data hipotetis).
                Tabel 1. Hubungan Antara Pendapatan Dan Konsumsi
Titik
Konsumsi
Per Hari (Rp)
Pendapatan
Per Hari (Rp)
A
5000
0
B
10.000
10.000
C
15.000
20.000
D
20.000
30.000
E
25.000
40.000

Data Tabel 1 dapat digunakan untuk membuat grafik hubungan langsung antara variabel konsumsi dan variabel pendapatan sebagaimana pada Gambar A1. Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang dalam Teori Ekonomi oleh JM. Keynes dinamakan  fungsi konsumsi (consumption function) yang dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
C = α+ βYd.......................................................................   (A1)
           Keterangan:
                C adalah pengeluaran konsumsi
                Yd adalah disposable income
α adalah konstanta atau konsumsi otonom
β adalah koefisien arah garis fungsi konsumsi(marginal propencity to consume (MPC)
         





D
E
C
B
A
Yd
C
40.000
30.000
20.000
10.000
25.000
20.000
15.000
10.000

                                    C = 5000 + 0.50Yd







Gambar A1. Grafik Hubungan Antara Konsumsi
dan Pendapatan

                    Dari Gambar A1 terlihat bahwa sumbu vertikal diwakili oleh variabel konsumsi, sementara, sumbu horisontal diwakili oleh variabel pendapatan. Variabel pada sumbul horisontal dinamakan variabel bebas (independent variable), variabel ini juga dinamakan variabel sebab (cause) atau sumber (source).  Sedangkan variabel pada sumbu vertikal dinamakan varaibel terikat (dependent variable), variabel ini juga dinamakan variabel akibat at. Hubungan pada Gambar 1 dinamakan hubungan langsung yang positif.

            Data pada Tabel 2 dapat digunakan menggambar grafik hubungan terbalik (negatif) antara harga tiket dan penonton film sebagaimana pada Gambar A2. Dari Gambar terlihat sumbu vertikal merupakan harga tiket, sedangkan sumbu horisontal merupakan variabel penonton.




Tabel 2. Hubungan Harga Tiket dan Penonton
Harga Tiket
Penonton (ribuan)
Titik
50
0
a
40
4
b
30
8
c
20
12
d
10
16
e
0
20
f
Sumber: McConnell and Brue ( 2005:16)


4
8
16
Q
P
f
e
d
c
b
a
50
40
30
20
10
0





P = 50 – 2.5Q







12
20

                     Sumber: McConnell and Brue ( 2005:16)
                Gambar A2. Hubungan Antara Harga Karcis dan Penonton

                       Dari Gambar A2 dapat dibuat persamaan atau fungsi hubungan antara harga tiket dan jumlah penonton dalam bahasa matematika. Fungsi tersebut didasarkan pada pernyataan bahwa jumlah barang yang diminta memiliki hubungan negatif (terbalik) dengan tingkat harga. Jika harga meningkat, maka jumlah barang yang diminta makin sedikit, begitu pula jika terjadi sebaliknya. Hubungan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Qd = α – βP........................................................................     (A2)
Keterangan:
           Qd adalah jumlah barang yang diminta
            P adalah harga barang per unit

             Qd merupakan variabel terikat (dependent variable), nilai Qd tergatung pada besarnya nilai harga (P). Qd juga dinamakan variabel endogen karena nilai atau jumlah Qd ditentukan dalam persamaan (model).
P merupakan variabel bebas (independent variable). Variabel ini juga dinamakan variabel eksogen karena nilai P ditentukan di luar persamaan (model).α adalah konstanta, yaitu ukuran yang nilainya tidak berubah-ubah.
β merupakan koefisien parameter yang menunjukkan berapa besar perubahan jumlah barang diminta sebagai akibat dari perubahan harga sebesar 1 unit. Nilai β diperoleh dari formula berikut:

Qd/P = - β ..................................................................    (A3)

                 Dari persamaan (A3) dapat dijelaskan jika harga turun sebesar 1 unit, maka jumlah yang diminta bertambah sebesar β unit. Begitupula jika terjadi sebaliknya. Harga dan jumlah barang yang diminta memiliki hubungan yang terbalik (negatif), hal ini selaras dengan Hukum Permintaan.
2.3.    Kemiringan Garis (slope of a line)

Kemiringan suatu garis adalah rasio perubahan vertical terhadap rasio perubahan horisontal di antara dua titik pada suatu garis.  Ada empat jenis kemiringan (slope), yaitu:
§  Kemiringan Positif (positive slope).
Contoh kemiringan jenis ini dapat kita temukan di antara titik B dan C pada Gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat perubahan vertikal (perubahan konsumsi) sebesar Rp 5000 dan perubahan horisontal (perubahan pendapatan) sebesar Rp 10.000. Kemiringan garis tersebut adalah:

Kemiringan = perubahan vertikal/perubahan horisontal
                    = 5000/10.000
                    = ½ atau
                    = 0,5
Kemiringan garis tersebut sebesar ½ atau 0,5 merupakan kemiringan positif karena perubahan konsumsi dan perubahan pendapatan dalam arah yang sama. Artinya hubungan antara konsumsi dan pendapatan merupakan hubungan langsung dan postif.
Dalam Teori Ekonomi Makro, kemiringan garis fungsi konsumsi tersebut terkenal dengan istilah Marginal Propencity to Consumption (MPC).

   MPC =  C/Yd........................................................ (A4)
Persamaan A4 menjelaskan jumlah tambahan konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan

§  Kemiringan Negatif
Contoh kemiringan jenis ini dapat kita temukan pada titik c dan d pada Gambar 2. Formula untuk menghitung kemiringan jenis ini adalah:
Kemiringan = perubahan vertikal/perubahan horisontal
                    = -10/+4
                    = -2,50
Kemiringan ini merupakan kemiringan negatif karena harga tiket dan penonton merupakan hubungan terbalik (hubungan yang berlawanan) atau hubungan negatif.
§  Kemiringan tak terhingga (infinite slope).
§  Kemiringan nol (zero slope)

2.4.    Tipe-Tipe Persamaan

Ada tiga tipe persamaan (Rahardja dan Manurung, 2008: 21), yaitu:

1.    Persamaan Definisi
Persamaan tipe ini memberikan definisi suatu variabel

∏ = TR – TC.................................................................. (A5)

Keterangan:
∏ adalah laba/keuntungan
TR adalah penerimaan total
TC adalah biaya total

Persamaan (A5) mendefinisikan bahwa keuntungan sebagai penerimaan total dikurangi biaya total
2.    Persamaan Perilaku
Persamaan ini menjelaskan bagaimana  nilai suatu variabel berubah sebagai akibat perubahan variabel lain. Contoh persamaan perilaku adalah persamaan (A1) dan (A2).
3.    Persamaan Keseimbangan
Persamaan tipe ini menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai keseimbangan. Contoh persamaan tipe ini adalah:

IS = LM.......................................................................  (A6)
Keterangan:
IS adalah keseimbangan di pasar barang
LM adalah keseimbangan di pasar uang (moneter)
Persamaan A6 mendiskripsikan keseimbangan umum perekonomian akan tercapai apabila terjadi keseimbangan simultan baik di pasar barang maupun di pasar uang.

DON'T FORGET COMMENT :) !!!

1 komentar: